Aku sebenarnya paling tidak suka berbelit-belit bila ditanya, terlebih jika itu menyangkut sebuah nama. Aku sadar sebuah nama adalah doa pemberian kedua orang tuanya. Seperti nama adek Dika—Ardian Arziki—yang telah berganti menjadi Fachri Hamzah karena ikhtiar dari orang tuanya yang ingin sekali buah hati kesayangan mereka sembuh. Alhamdulillah, atas izin-Nya adek Dika sembuh, meski harus tetap melakukan terapi sebulan sekali ke RS. Kariadi Semarang. Masih ada harapan, selalu ada harapan untuk sembuh, kata para dokter. Semoga adek Fachri lekas sembuh, amin. Lanjutkan membaca “What’s in a Name?”→
Genangan air. Ilalang. Jalan setapak. Lampu-lampu jalan. Hiruk-pikuk jam malam. Kemacetan. Spion kaca yang berembun. Tanah basah. Hujan. Angin yang pelan. Kicau burung bersautan. Daun jatuh.
Tanpa kata pamit, mereka pergi. Aku harus rela, ini yang diinginkan Tuhan. Entah sedih atau bahagia, harus kuakui sepasang kaki diam ini telah lama bermasalah. Dengan suara kecil, ia berdebat hampir sepanjang waktu. Mereka tidak mau menyerah kalah satu sama lain. Pernah suatu malam aku diam dan mengintip perdebatan mereka. Lanjutkan membaca “Sepasang Kaki Diam”→
Jangan menganggap seolah hanya kau satu-satunya manusia tersibuk di dunia.
Karena sebenarnya…
waktu tersibukmu itu akan datang ketika kau bertemu dengan dua Malaikat—Munkar dan Nakir—kemudian kau ditanya. Dari pertanyaan termudah yang mungkin harus kau jawab sampai pertanyaan tersusah yang mungkin kau tak bisa menjawabnya.
MAKE TIME
Do not say, “I don’t have time!”
You just need to make it first
Do not pretend as if you are the busiest person in the world.
Because the truth is…
Your busiest time will come when you meet two angels—Munkar and Nakir—then you are asked. From the easiest questions you might need to answer, to the most difficult ones you could not find the answer.
KETULUSAN
Tahukah kamu makna dari ketulusan?
Jika kau kesulitan memaknainya, mungkin kau bisa menemukannya dalam sorot mata anak kecil.
Akan ada…akan selalu ada arti ketulusan dalan sorot matanya.
SINCERITY
Do you know what sincerity mean?
If you are confused to find the answer…maybe you can find through the eyes of a child.
There will be…there will always be a sincerity in her eyes.
Ini adalah kali ketujuh tantangan menulis cepat yang kubuat untuk melatih diri sendiri.
Sejujurnya…tantangan ini sudah berubah haluan dengan sendirinya. Karena satu dua halangan dan rasa lelah yang menimpa diri membuat Cinta1668 menjadi malas dan lamban untuk bercerita. Jadilah tantangan menulis cepat menjadi super lambat. 😁
Maafkan ya Lovers…maafkan…
Namun…Aku tetap ingin menulis dan menyelesaikan tantangan ini secepatnya, sebisaku. Semoga dalam beberapa bulan ke depan dari sekarang, tantangan ini bisa terselesaikan. Aamiin. 😇 Lanjutkan membaca “Bertemu Putri Duyung”→
Ini adalah tulisan ke 4 ku untuk tantangan 100 menulis cepat. Aku telah membuat cerpen untuk days 1, lalu cerbung 3 episode untuk days 2, dan kemarin aku membuat puisi untuk days 3. Dan hari ini, entah kenapa aku tertantang untuk membuat days 4 dengan tema diary.
Meski aku tahu, diary artinya adalah membuka sebuah rahasia kecil. Dan meski aku juga paham, bahkan sahabat Rasulullah saw mengingatkan :
Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu. (Ali bin Abi Thalib)
Tapi aku sungguh tertantang ingin mengatakan rahasia kecil ini.
Pasir : ada harga yang harus dibayar atas sebuah keputusan. Salah satunya adalah aku tak lagi bisa berbincang denganmu. Semudah itu…aku mengatakan pisah. Padahal, dulu, tak sehari pun aku melewatkan moment bersamamu. Aku yang introvert ini akan mengawasimu dari jauh…tak ingin kau tahu kebiasaanku, aku tidak suka terlihat, aku lebih suka diam-diam memperhatikanmu dari jauh. Lalu, tak lama setelah kelakuanku yang aneh ini, muncullah istilah di dunia manusia “mencintai dalam diam“. Aku rasa, sebelum istilah itu muncul, aku sudah merasakannya. Di dunia kami, dunia pasir tanpa suara ini, aku mengenalnya lebih dulu. Aku boleh berbangga karenanya. Setidaknya, aku bisa menang dari makhluk yang katanya paling mulia itu. Dan ya, aku senang!
Acara yang dinanti-nanti ibuku akhirnya tiba. Aku akan melepaskan status single-ku di usia ke 25. Seharusnya bunyi alunan lagu Maher Zain kesukaaanku yang sedang kudengar sekarang, atau alunan lagu Nancy Ajram – Enta Eih, Fi Hagat, dan Wana bin Ideik yang mengalun merdu di telingaku. Tapi…aku tak mendengar semua itu. Yang kudengar sekarang adalah desir pantai, suara ombak, cericit burung yang sedari tadi bersautan, dan pasir gemerisik yang mencoba menggelitik kaki mungilku. Sekarang aku bahkan telah pergi sejauh 15 kilometer ke arah selatan dari desa kelahiranku, desa wisata yang terkenal dengan kerajinan kulitnya sejak tahun 1970 itu. Ya, sekarang aku berada di pantai yang katanya paling populer di Yogyakarta, Parangtritis. Aku, Cinta, memutuskan untuk pergi di hari pernikahanku. Entahlah, aku kalut, tak bisa lagi berpikir jernih, akhirnya aku lari ke sini berharap seseorang yang dulu pertama kali mengajakku ke sini akan datang, membujukku kembali pulang, meski jawabanku tetaplah tidak.
Perjalanan selama hampir lima jam telah kulalui. Kini sampailah aku di desa kelahiranku, sebuah desa kecil bernama Desa Manding di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Desa wisata yang terkenal dengan kerajinan tangannya.
Jalan-jalan yang masih rimbun dan asri, tak banyak berubah sejak aku pulang terakhir kali tepatnya satu tahun yang lalu. Satu demi satu bayangan itu kembali menguak, serupa hujan yang tiba-tiba mengguyur ingatan.