Saat semua kata menari mencari-cari jalannya sendiri,
saat makna samar mulai muncul…membenarkan apapun yang tersirat di benak para pembacanya,
saat antara sadar dan imajinasi bersatu membentuk sebuah alunan nada suci,
saat kau dan aku belajar tentang cinta, dengan katamu yang puitis dan penuh dengan bisik rindu… “aroma kesturi” katamu…sedang aku lebih memilih “bunga bakung” lalu kita terus menekuri syair-syair yang maha indah dari pujangga idola kita “Kahlil Gibran”.
Saat itu,
aku jatuh cinta…
Ya, cinta yang semula kukira hanya jatuh untukmu, namun ternyata jatuh juga untuk sastra.
Kau,
datang bersama sastra.
Dan,
kau pun pergi setelahnya, setelah beberapa purnama.
Untungnya,
kau tak membawa sastra itu denganmu, kau meninggalkannya untukku.
Bagiku,
sastra adalah kamu…serupa tapi tak sama. Sama-sama kucinta dengan rasa yang berbeda.