Entah ada hubungannya atau tidak, aku selalu menghubung-hubungkan hujan dengan cinta.
Bahkan beberapa waktu lalu, tulisanku bercerita tentang syarat lelaki yang kusukai, di antaranya harus menyukai hujan dalam post berjudul Lelaki dan Rintik Hujan.
Hujan dan Cinta, 492 kata
Entah ada hubungannya atau tidak, aku selalu menghubung-hubungkan hujan dengan cinta.
Bahkan beberapa waktu lalu, tulisanku bercerita tentang syarat lelaki yang kusukai, di antaranya harus menyukai hujan dalam post berjudul Lelaki dan Rintik Hujan.
Puisi dialog pasir dan air pantai, 862 kata
Pasir : ada harga yang harus dibayar atas sebuah keputusan. Salah satunya adalah aku tak lagi bisa berbincang denganmu. Semudah itu…aku mengatakan pisah. Padahal, dulu, tak sehari pun aku melewatkan moment bersamamu. Aku yang introvert ini akan mengawasimu dari jauh…tak ingin kau tahu kebiasaanku, aku tidak suka terlihat, aku lebih suka diam-diam memperhatikanmu dari jauh. Lalu, tak lama setelah kelakuanku yang aneh ini, muncullah istilah di dunia manusia “mencintai dalam diam“. Aku rasa, sebelum istilah itu muncul, aku sudah merasakannya. Di dunia kami, dunia pasir tanpa suara ini, aku mengenalnya lebih dulu. Aku boleh berbangga karenanya. Setidaknya, aku bisa menang dari makhluk yang katanya paling mulia itu. Dan ya, aku senang!
Sedikit egois ketika kubilang, “Aku ingin hujanku datang!”
Sedikit merasa ketika berpikir, “pasti ini yang terbaik yang diinginkan Tuhan.”
Sedikit menyesal ketika kemudian harus berkata, “maaf sekali belum bisa memenuhi janjiku pada teman-teman.” Lanjutkan membaca “Sedikit Rasanya Untukku”