Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang auranya berubah menjadi kuning keemasan saat diterpa mentari pagi, kekasih yang berjalan beriringan denganku saat yang lain pergi. Ya, aku tahu, terkadang pun aku khilaf dan terlupa melakukan kesalahan, namun dengan segera ia memperbaikinya dengan tutur kata yang lembut yang ia sematkan ke dalam jantung hatiku, “dinda, itu tidak benar, kau tahu, sesama manusia harus saling memaafkan, mengerti?”

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang matanya sayu dan penuh kasih, yang mengelus lembut kepalaku dan membiarkanku bersandar di pundaknya yang teduh, lalu seulas senyum akan bertengger di sana, “bagaimana? Apakah sudah merasa baikan sekarang?”

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang menghabiskan senja bersamaku di teras depan rumahku sampai senja itu menghilang dari peraduan, ia tahu sekali kalau aku sangat menyukai lima hal itu “senja-langit-laut-hujan-embun.”

 

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang bisa kulindungi, kekasih yang akan kubiarkan terlelap di pangkuanku, kekasih yang tidak rapuh namun ia tetap membutuhkanku di setiap langkahnya, kekasih yang menganggapku penting. Ya, ada kalanya aku akan sangat merasa hampa, kalau hanya aku yang dimanja, aku yang disayang, dikasihi, dihargai, namun aku tidak punya kontribusi apapun dalam hidupnya.

 

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, karena aku ingin mencium aroma wangi tubuhnya, memperhatikan setiap sudut wajahnya : bulu matanya yang lentik dan hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dengan lesung pipi yang sesekali terlihat saat ia tersenyum. Aku juga ingin bersandar di dadanya yang kekar, ah kurasa itu tempat yang lebih teduh daripada syurga manapun di dunia.

 

Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, karena terkadang saat aku gundah aku berangan, “ah, seandainya ada kekasih seperti itu, tentu gundahku akan segera berlalu.”

Sehebat apapun kekasihku, aku ingin sepertinya, lebih, bahkan lebih dari ia dalam kebaikan. Aku tahu tidak ada yang sempurna di dunia, namun karenanya juga manusia berlomba-lomba untuk menjadi sosok sempurna. Karenanya, aku merasa berhak mendapatkan kekasihku, kekasih yang ingin sama-sama melakukan perbaikan untuk masa depan.

puisi ini diikutsertakan dalam lomba : GiveAway 12^th Wedding Anniversary : Letter to My Husband/Wife, My Future Husband/Wife