Ejaan Bahagia


Banyak cara untuk bahagia…kau hanya harus jeli menelisik, karena bahagia sepraktis itu, semudah itu, dan sesederhana itu. 1334 kata.


​Cerita satu

Sejujurnya, saat aku berbicara tentang bahagia, aku akan mulai bingung.

Kenapa bingung, Cinta, apakah kau tidak pernah bahagia?

Bukan. Bukan itu maksudku, justru sebaliknya. Itu karena pikiranku akan secara otomatis berjalan-jalan, berkejar-kejaran, juga berlari-larian di antara gulungan-gulungan cerita, kepingan-kepingan kisah, juga potongan-potongan kenangan dari masa lalu yang secara ajaib mampu membuat sudut lancip di kedua bibirku. Aku tersenyum, dan sungguh aku bersyukur karena telah dilahirkan ke dunia sebagai makhluk paling sempurna bernama manusia yang dibekali rasa, yang di antaranya adalah “bahagia”.

Gambar diunduh dari sini

 

Secara kebetulan, otakku yang juga penderita short memory ini baik hati sekali, hanya memunculkan kenangan bahagia, sedang kenangan sedih harus dengan berat hati mengalah dan menjauh darinya. Jauh. Jauh. Jauh. Dan sejauh-jauhnya.

Itu kenapa, ejaan bahagiaku yang pertama jatuh kepada kata “syukur”.


Cerita dua

Seperti nama asliku, yang mungkin sebagian besar Lovers (pembaca blog Cinta) sudah tahu, Muniroh yang berarti bercahaya, aku juga cenderung bercahaya dalam ketujuh huruf itu, B-A-H-A-G-I-A.

Aku terlalu bercahaya ketika bahagia, dan aku terlalu bercahaya (baca : berlebihan) juga ketika berhadapan dengan antonim kata itu—sedih.

Jelek ternyata ya, Lovers, sifatku?

Maafkan…maafkan. 🙏

Tapi sebenarnya, kalau kita mau menelisik lebih jauh, tentu ada maksud dari Tuhan Yang Maha Baik, kenapa aku hadir di antara kalian, Lovers. Kalian pasti hadir tidak lain dan tidak bukan untuk mengubah sifat jelekku ini menjadi lebih baik. Dan aku…mau tidak mau akan terus-menerus baik secara terpaksa atau secara sukarela akan belajar dari kalian untuk menjadi lebih baik lagi.

Bukankah selalu khusnudhon terhadap takdir Tuhan juga adalah salah satu bentuk bahagia?

Ejaan bahagia yang tidak akan pernah terkikis waktu, aku kira.

 

Gambar diunduh dari fiksiana.kompasiana.com

 

Jadi, ejaan bahagiaku yang kedua, tentu Lovers sudah tahu bukan? Iya, tepat! Itu maksudku, khunudzon kepada-Nya.

By the way, tulisan ini sepertinya masih akan memanjang, semoga Lovers akan sabar membacanya ya. Namun jika tidak, boleh sekali untuk dilewati saja, seperti biasa, kalian, Lovers-ku selalu punya hak untuk begitu, as always. 😉

 

Cerita tiga

Sudah setahun rupanya. Tepatnya, setahun lebih dua belas hari, aku mendiami ruang imajinasi, ruang menulis, dan ruang terapi hati yang disebut WordPress.com.

Cerita Lilin kecil yang akhirnya kehilangan korek apinya. Sampai lima tahun, ia barulah bisa melupakan sosok Gibran, pemuda kelahiran Jawa yang berhasil menamatkan study-nya di Lebanon, tempat yang sama di mana Kahlil Gibran berasal.

Cerita si Cinta yang menemukan kembali cintanya lewat sosok lelaki sederhana, lelaki yang sangat low profile, baik hati, dan penyayang. Si Cinta yang bodoh ini bahkan tidak tahu bagaimana cara mencintai. Memang, semula ia tak tahu bahwa lelaki pujaannya itu belum menikah, tapi anehnya…setelah menikah pun, ia tetap mencinta. Si Cinta mulai gila. Si Cinta yang begitu liar mencintainya. Tidak ada…sungguh tak ada satu pun yang berhasil membunuh semangat liarnya, hingga Allah marah, dibuatlah si Cinta ini kecelakaan, dibuatlah ia patah tulang, terkapar dan tidak bisa apa-apa.

Si Cinta yang akhirnya bisa move-on dari cinta liarnya dan dipertemukan dengan sahabat ajaib. Sahabat kecil yang mengerti betul bagaimana Cinta. Terkadang, nasehatnya yang keras menamparnya berkali-kali dan membuatku menangis. Pernah juga ia membuat Cinta tak berangkat kerja karena matanya bintipan.

Haha. Sahabat kecilku, kau hebat sekali! Terimakasih…terimakasih karena hadir dalam hidupku. Kau membuat hidupku penuh warna bak nano-nano, sungguh, aku bersyukur memilikimu. Dan kau juga harus ingat janjimu, kau tidak akan berubah, beberapa tahun lalu, sekarang, dan di masa depan, kau tidak akan berubah. Ingat itu ya. Kau sudah kupatenkan dalam tulisanku ini. 😊

Ceritaku yang kehilangan keponakan kesayangan. Kakak Dian yang malang. Dan betapa aku hampir tak bisa menerima takdir ketika mendengar adek Fachri demam tinggi dan kejang. Betapa…betapa berat rasanya. Malam itu aku bersimpuh dalam sajadah. Aku menangis sejadinya dan berkata…

”Ya Allah, bunuh saja aku, aku tak sanggup kehilangan lagi, aku tidak punya kekasih, akan sedikit yang menangis jika kehilanganku, tidak akan ada lelaki yang diam-diam menangis di sudut kamarnya ketika aku pergi. Namun, jika adek Fachri yang pergi…akan banyak yang menangis, aku tidak sanggup melihat adikku Nunuk menderita lagi. Aku tidak sanggup melihat semua keluargaku bersedih karenanya. Gantikan denganku saja Ya Allah…gantikan denganku, ganti saja denganku.”

Ternyata bernego dengan Tuhan tidaklah mudah, karena doaku tak dikabulkan-Nya. ^__^>. Namun tak apa…karena adek Fachri baik-baik saja. Alhamdulillah, baik-baik saja. 😇

 

Gambar diunduh dari Youtube

 

Ejaan bahagiaku yang ketiga adalah…aku bahagia, karena setahun ini, hidupku penuh dengan lika-liku. Aku yang baik-baik saja. Aku kemudian tidak baik-baik saja. Dan aku kembali, menjadi baik-baik saja.

Aku jadi berpikir…jika hidupku baik-baik saja, tentu tidak akan seindah ini. Tentu tidak akan sebahagia ini.


Cerita empat


Aku pikir, cahaya dalam diriku akan menyejukkan. Tapi aku salah, lagi-lagi salah, karena aku tidak demikian. Sama sekali tidak.

Rupanya, cahaya dalam diriku seperti api.

Aku akan bersemangat sekali ketika berbicara.

Aku akan marah kalau ada yang salah di tempat kerja.

Aku akan cerewet bila sahabatku tak juga mengerti nasehatku, bahwa itu yang terbaik untuknya.

Aku akan cenderung memaksa jika ada sahabat yang bisa tapi minder, tapi merasa cupu, tapi takut-takut. Aku sungguh akan mengacak-acak otak sampai alam bawah sadarnya dengan seluruh kemampuanku. Setidaknya, aku mau ia percaya diri.

Aku akan meledak-ledak jika ada yang kukira salah. Aku akan melawannya sampai semua baik-baik saja menurut perkiraanku. Ya…meskipun ternyata aku terkadang salah. Tapi jika aku yang salah, aku akan segera meminta maaf padanya. Kalau perlu akan merangkulnya, agar ia kembali.

Anehnya…mereka yang sibuk menasehatiku, tidak tahu lagi kisah yang sebenarnya. Bahwa semua telah kukembalikan normal seperti sedia kala, seperti adanya.

Diam. Cukup diam saja dan biarkan Dia saja yang berbicara. Itu sudah cukup. Kata seorang sahabat.

 

Gambar diunduh dari Deloiz.com

 

Ejaan bahagiaku yang keempat adalah…aku senang akan takdir hidupku, karena aku perempuan dengan ambisi dan cinta. Karena dua hal itu, aku tak pernah kehilangan sahabat, mereka selalu merangkul dan kembali memelukku dengan hangat tanpa kusuruh. Aku sungguh bahagia karenanya. Sungguh. 😇


Cerita lima



Aku bisa bebas menentukan jam malamku. Maksudku, bukan jam aku keluar rumah. Bukan. Tapi lebih kepada :

Kapan aku makan?

Kapan aku tidur?

Kapan aku membaca buku?

Kapan aku jail menggoda keponakan-keponakanku?

Aku bisa bebas seperti burung :

Hari ini aku ke Jakarta.

Besok aku tiba-tiba saja di kampung halamanku, Pekalongan.

Dua hari kemudian, aku sibuk sampai jam dua pagi dengan tugas kuliah.

Lalu…besok paginya, aku menangis sesenggukan karena menonton drama Korea.

Aku bisa bepergian dengan siapa saja :

Hari ini dengan A ke Gramedia Matraman.

Besok dengan B ke Museum Gajah.

Seminggu kemudian dengan C di Gunung Bromo

Dan…lima hari berikutnya, aku dengan ibuku mengunjungi desa kelahiran beliau, Weleri.

Aku bebas mengatur keuanganku :

Berapa untuk ibuku dan keluargaku?

Berapa untuk pribadiku?

Berapa untuk menabung?

Berapa untuk dana rekreasi dan bersenang-senang?

Berapa untuk membeli buku?

Aku bebas bercita-cita dan memeluk siapa saja *up’s 😅 :

Aku masih boleh belajar, iya boleh!

Aku mau melanjutkan study-ku, masih boleh!

Aku mau memeluk sahabatku, adekku di tempat kerja, keponakan-keponakan, dan semua orang yang kusayang, tentu boleh sekali!

Aku bebas mengekspresikan bahagia dengan suara cemprengku. Bebas karaokean bareng sahabat. Bebas ber-Smule Sing ria di jam 12 malam lewat. Boleh, iyalah, so pasti, Cinta!

Dan tebak, siapa yang mengatakan boleh dengan berbagai cara di atas dan sengaja kubuat bercetak tebal?

Aku. Itu aku. Ya, aku sendiri.

Lalu, bisakah Lovers tebak, ejaan bahagiaku yang terakhir itu apa?

Ikuti arah tanganku ini

👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉kanan terus

👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇lalu kebawah

👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈👈belok kiri

🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔🚔up’s maaf ya Lovers, berhenti dulu sebentar karena ada ambulance beruntun lewat. 😅

🏡 alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga di Cikarang, di rumah mungilku. Leganya. 😌

Coba kita buka kotak pandoranya dulu…jangan takut, ini bukan tentang keburukan koq, sueeerrr 👌👌👌

Dan inilah dia, isi dari kotak pandoraku :

Gambar diunduh dari Goriau

 

Aku bahagia…karena aku masih sendiri, karena aku belum menikah.

Lalu, apakah setelah menikah nanti, aku tidak akan bahagia?

Sssttttttt…itu rahasia. Rahasia-Nya yang hanya akan kuketahui setelah aku merasakannya kelak.

Aku akan mengejanya lagi nanti, jika aku sudah menikah. Insya Allah.

Karena aku percaya…dalam hidupku, akan selalu ada ejaan bahagia.

 


Just like Mahatma Gandhi said,

Happiness is when what you think, what you say, and what you domare in harmony.

 

Note : tulisan ini diikutsertakan dalam lomba giveaway #MengejaBahagia oleh mas Slamet Parmanto dan mbak Rifa Roazah

#MengejaBahagia

#MaknaBahagia

25 respons untuk ‘Ejaan Bahagia

  1. Kita lahir untuk berbahagia… Hanya karena satu gagasan yang mendominasi dunia ini, kebahagiaan menjadi kecil intensitasnya… Gagasan itu adalah bahwa hidup harus bekerja, harus skolah tinggi, harus dapat nilai bagus, harus dapat gaji gede… Dan seperti yg kita ketahui, semua itulah akar dari setiap permasalahan yang ada, termasuk ketidakbahagiaan dalam hidup….

    Disukai oleh 1 orang

  2. 5 Ejaan Bahagia Cinta:
    1. Syukur
    2. Tersenyum
    3. Penuh lika liku (ada yg dipatenkan…hayo, aku bntu jg ni lwat komen ini)
    4. Senang ditakdirkan sbgai prmpuan dg ambisi dan cinta
    5. Masih single (asyik sblum pandoranya dibuka, buat pnsran yg bca, haha..)
    I enjoyed reading it

    Disukai oleh 1 orang

      1. hayoooo kenapa? Hayoooo mas Des? 😅

        kalo dulu Cinta gtu krn keseringan komen. Semisal, dlm dua menit udah bnyak komen di blog tmn yg berbeda2…trnyata smangat komen juga ga bagus buat kita loh mas Des 😁

        Suka

  3. Bahagia sepertinya sederhana ya,
    tapi….
    bahagia tak perlu tapi, seperti yang pernah Cinta mengejanya
    dalam kata syukur, dan… syaratnya gak pakai TAPI .. 🙂

    justru di situ susahnya
    belajar bahagia memang tak ada habisnya.

    salam

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar