What’s in a Name?


What’s in a name? 1333 kata


gambar diunduh dari Google

100 Writing Prompts Challenge

Days #11 – Name

What's in a Name?
Gambar diunduh dari Google

Aku sebenarnya paling tidak suka berbelit-belit bila ditanya, terlebih jika itu menyangkut sebuah nama. Aku sadar sebuah nama adalah doa pemberian kedua orang tuanya. Seperti nama adek Dika—Ardian Arziki—yang telah berganti menjadi Fachri Hamzah karena ikhtiar dari orang tuanya yang ingin sekali buah hati kesayangan mereka sembuh. Alhamdulillah, atas izin-Nya adek Dika sembuh, meski harus tetap melakukan terapi sebulan sekali ke RS. Kariadi Semarang. Masih ada harapan, selalu ada harapan untuk sembuh, kata para dokter. Semoga adek Fachri lekas sembuh, amin. 

Lalu, apakah nama bisa mempengaruhi kehidupan seseorang?

Kalau harus menjawab pertanyaan di atas dari segi agama, tentu saja aku belum bisa, karena memang pengetahuanku belum sampai ke sana. Oleh karenanya, akan kucoba menjawab pertanyaan ini lewat pengalaman hidupku yang mengalami perubahan nama baik di media sosial mau pun di dunia nyata :

Muniroh Faruk

Ini adalah nama pertama pemberian kedua orang tuaku sejak aku lahir ke dunia. Muniroh Faruk sebenarnya adalah kependekan dari Muniroh binti Umar Faruk. Namun di akta kelahiran hanya tertera Muniroh saja. Muniroh berarti bercahaya atau cahaya terang. Aku mengetahui arti nama ini setelah bersahabat dengan salah satu mahasiswa Al-Ahzar Mesir beberapa tahun yang lalu.

Waktu itu aku menggerutu begini…

Please, jangan tertawa seperti yang lain! Kau pasti akan membelokkan namaku dengan Munaroh atau bang Ocit, bukan? Ah…aku sudah paham. Tapi prefer kau diam saja, aku sungguh sedang tak ingin mengejekmu. Sedang tidak ingin saja.”

Dia tertawa terbahak ketika itu. Siapa yang mau menertawakanmu, nona? Itu nama bagus koq artinya, kenapa aku harus menertawakan atau mengejekmu? Apa kau benar tidak ingin tahu artinya, nona?

Aku menggeleng pelan.

Namun setelah berbicara panjang lebar, akhirnya ia memberitahu arti dari namaku tadi. Bercahaya atau cahaya terang, katanya.

Iya sih, seingatku, kalau membaca ayat suci, kadang di akhir ayat itu aku akan bertemu dengan kata “Muniroh” yang berarti cahaya terang. Tapi aku tidak PD saja. Ah, ternyata memang benar demikian adanya.

Sejak hari itu, aku tak pernah merasa malu lagi dengan namaku. Ejekan atau gurauan semacam Munaroh, aku anggap karena mereka belum mengerti saja. Seperti diriku yang dulu. Toh memang tak ada yang salah dengan orang yang tidak mengerti, bukan? 😎

Lalu, adakah pengaruh nama Muniroh dalam kehidupanku?

Sebentar, sebentar. Beri aku waktu beberapa menit, akan kucoba mengingatnya mundur ke belakang dengan short memory-ku yang masih tersisa ini.

Ah, iya, aku ingat!

Semasa SMU dulu, aku punya geng terdiri dari lima orang cewek. Mbak Narti, Lavi, Rizka, Laily, dan aku. Aku belum berhijab waktu itu. Rambutku pendek sedagu, tomboy, tak suka berhias bahkan tanpa bedak. Berbeda sekali dengan dandanan siswi SMU zaman sekarang. Kita kompak, memang, kemana pun selalu bersama. Bahkan ketika waktu sholat dzuhur tiba, kami akan saling menunggu. Uniknya, dari lima orang perempuan itu, hanya aku dan Laily saja yang sholat. Ketiga lainnya lebih suka menunggu di depan masjid.

Laily, yang terkenal dengan julukan sang ustadzah sudah jera rupanya memperingatkan mereka. Pernah Laily berpesan padaku, cobalah kau saja yang mengingatkannya. Lalu, aku melihat ke dalam diriku. Pantaskah aku mengingatkan mereka? Sedangkan aku saja tidak berhijab. Bagaimana nanti kalau ketiga temanku yang kritis itu akan menuntut balik ke dalam diriku dengan kata seperti : pakai hijab dulu nona, baru ingatkan kami sholat!

Takut. Karena takut, aku tak jadi mengingatkan.

Hanya berdoa pada Tuhan beberapa kali, semoga aku dibukakan jalan pada saat yang tepat untuk mengingatkan mereka. Dan benarlah…Tuhan Yang Maha Baik datang memberikan waktu yang tepat. Mereka tumbang satu demi satu hingga akhirnya memutuskan berwudhu dan sholat bersama kami—Laily dan aku. Tidak ada lagi suara haha-hihi dan bunyi cekikikan mereka di luar masjid di jam sholat dzuhur. Alhamdulillah. 😇

Dua tahun setelahnya, aku bertemu kembali dengan mereka dalam sebuah reuni. Subhanallah. Geng SMU-ku sudah berhijab semua. Kini, giliran mereka menyindirku.

“Duuuhhh…yang dulu ingetin sholat, koq rambut hitamnya masih kelihatan? Kapan pake hijabnya, nek?”

Ah, malu. Malu sekali waktu itu. Tapi ternyata hatiku lebih bebal, aku malah berhijab di beberapa bulan setelahnya. 🙈🙉🙊

Cahaya Nur Aini

Ini nama maya di sebuah jejaring media sosial bernama Facebook.

Percaya atau tidak, aku dulu lebih pemalu dari yang Lovers bayangkan. Mau add teman FB saja hati-hati dan takut. Nanti kalau begini bagaimana? Kalau begitu bagaimana? Kalau mereka resek bagaimana? Kalau mereka komen nyebelin bagaimana? Kalau aku didebat bagaimana? Lalu…kalau aku diintervensi, apa yang harus kulakukan? Harus bagaimana? Semua sisi parno-ku muncul ke permukaan, bercampur menjadi satu menjadi keparnoan yang dalam. Maka untuk mengatasinya lebih dalam lagi, aku memakai nama ini.

Alhamdulillah, akun ini tergolong aman, adem ayem tanpa gangguan. Dan aku memberanikan diri setelah itu membuat akun dengan namaku sendiri, Muniroh Faruk.

Pengaruh nama ini terhadap hidupku, kurasa muncul ketika aku bersikap defensif tadi. Berteman dengan orang yang tidak neko-neko itu menyenangkan.

Cinta Nungky Lestari dan Cinta1668

Ini juga sama kasusnya pada point sebelumnya. Nama ini tercipta di sebuah Facebook setelah seorang Muniroh Faruk patah hati.

Suatu hari, sorang sahabat mengingatkan.

Statusmu mulai ngawur. Jangan begitu! Kau boleh saja ditinggalkannya. Tapi bukankah ditinggal kekasih bukanlah sebuah akhir? Kehidupan akan tetap berjalan meski kau suka atau tidak. Jadi tegarlah!

Namun jika kau tak bisa, buatlah akun baru. Dengan nama yang benar-benar berbeda, bahkan aku pun tak perlu tahu keberadaanmu juga akun barumu itu. Luapkan apa yang ingin kau luapkan di sana. Tapi di sini, di akun Muniroh Faruk, kau harus bisa menjadi dirimu yang dewasa. Mengerti?

Kata-kata sahabatku ada benarnya. Mengapa tidak kucoba saja? Tapi apa nama yang tepat? Apa? Nama yang sangat berbeda karakternya dengan diriku itu yang seperti apa?

Akhirnya setelah berpikir lama, muncullah nama Cinta Nungky Lestari. Nama Cinta sebenarnya adalah harapan dari diriku sendiri : aku ingin dicintai dan tidak ditinggalkan lagi. Aku juga ingin semua orang sayang padaku, sedalam aku menyayangi mereka.

Ditinggalkan itu sakit. Ditinggalkan itu membuatku trauma. Terlebih bagi diriku yang jarang jatuh cinta. Saat seseorang bisa move on dalam waktu enam bulan. Aku harus melaluinya dalam waktu lima tahun. Itu tidak mudah. Sungguh tidak pernah mudah bagiku.

Aku menjadi diriku sendiri dengan nama Cinta. Maksudku, sebagian diriku yang sangat rapuh waktu itu. Aku menuliskan semua kegalauanku, kisah sedihku, airmataku tanpa peduli. Karena memang di akun ini aku tak pernah dekat dengan siapa pun jadi aku tak perlu malu. Biasanya, bila ada yang mendekat, akan langsung kublokir. Kejamnya diriku. Maafkan. Maafkan. 😊

Cinta yang sedih dan identik dengan kegalauannya memutuskan membuat blog. Tema invinity dari dulu sampai sekarang tak pernah diubahnya. Tema itu sepertinya begitu melekat pada pribadi Cinta yang rapuh.

Dan alhamdulillah, kerapuhanku itu disambut baik oleh teman-teman bloger.

Kegalauan memang kadang memunculkan inspirasi. Aku mulai memberanikan diri menulis cerpen, cerbung, dan beberapa puisi patah hati. Aku senang karena mereka—para bloger—juga tak segan menceritakan kisah sedihnya. Aku sadar, aku tak sendiri. Di ruang yang cukup luas ini aku bebas menyuarakan hatiku tanpa peduli orang lain akan berkata apa. Aku hanya ingin berbahagia, hanya itu saja.

Pengaruh nama Cinta sangat pesat ternyata. Allah Yang Maha Baik mengabulkan doaku. Aku memiliki banyak teman, banyak sahabat yang benar-benar tulus mencintai dan menyayangiku. Benarlah jika pak ustad berkata, segala sesuatu berawal dari niat. Niatku ingin dicintai dan mencintai, maka Allah dengan mudah mengabulkannya. Thanks My Allah.

********************************************

Sampai sekarang diriku masih terdiri dari dua sisi.

Muniroh Faruk yang galak, tegas, dan kuat.

Cinta yang rapuh, melow, baper, manja, dan cengeng.

Saat sisi Cinta mulai muncul ke permukaan, biasanya aku juga akan memunculkan sisi Muniroh Faruk.

Semisal…saat aku takut kehilangan seseorang yang benar-benar kusayang karena trauma masa laluku, biasanya sisi Cinta akan menangis sedih. Membayangkan masa lalu yang tak pernah berpihak baik padanya.

Namun pada saat yang sama, sisi Muniroh Faruk akan menguatkan : tenanglah Cinta, semua yang ada di dunia ini adalah milik-Nya, mohon pada-Nya saja. Maka semua akan baik-baik saja. Ya, semua pasti akan baik-baik saja. Pasti begitu. Pasti!

Aku masih menerapi diriku lewat blog Cinta1668. Ya, aku masih takut kehilangan, tapi tak setakut dulu. Aku juga ingin minta maaf pada seseorang yang mungkin telah kucederai dengan rasaku. Aku sungguh tidak ingin membebaninya. Sungguh tak ingin. Maafkan aku ya. Maafkan sisi Cinta yang masih kadang rapuh ini. 😊

21 respons untuk ‘What’s in a Name?

  1. Wkwkwwk, aslinya aku pgn pke nma asliku, soalny mau d mya sm d nyta mnrtku aku sm aja, tp udh bnyk yg tau kunu yauddahlah gpapa, lgiaan seru juga nm itu ada unsur mistissny dikit 😂

    Disukai oleh 1 orang

  2. Dulu ngeblog pakai nama asli bahkan nama yang tertera di cover novel(belum punya kan pastinya?😀😀)juga nama akte kelahiran. Tapi setelah dihapus, akun baru di mana2 cukup pakai Reen atau R33n dengan angka 3 sebagai pengganti huruf e. Komen di blog pakai nama MARAZA, kependekan dari eMAknya RAni dan ZAhra.

    Btw, soal Cinta atau Muniroh, kayaknya saling melengkapi ya…

    Disukai oleh 1 orang

  3. Dek Dika namanya mirip dg wakil ketua DPR RI ya, hehe…

    Oya, Cinta, maaf. Emang dulu patah hatinya sjak SMA ya? Kok butuh waktu 5 thn buat move on nya. Lma bnget. Kamu melow juga ya. But I see that. Justru pnglman pahit biasanya menempa seseorang utk mnjd pribdi yg lbih baik.

    Aku baru tahu ternyata nama aslimu Muniroh. Tadinya aku pikir namamu yg sbnrnya Cinta Nungky Lestari, sbgaimnana tertulis di list grup WA. Walau mkna nama lahirmu itu (Muniroh) bgus, tp aku lbih suka dg nama Cinta Nungky Lestari. Bkn karena arti di baliknya yg pngen dicinta, melow dlsb itu, tp krn memang nama Cinta yg lbh dulu kukenal mllui wordpress ini, dan nurutku Cinta adalah pribdi cerdas yg sllu eksis. Oya, Cinta1668 itu tgl lhirmu ya? Entahlah, nurutku itu terlihat kurang artistik aja ada angka2 bgituan, maaf…maaf..maaf Cinta, jngan diambil ke ati ya, cuma persepsi subjektifku kok, hee…

    Berbicara nama sih sdh pasti setiap nama punya arti tersendiri yg di dlmnya terkandung harapan dan doa, akan hal yang baik tentunya. Walaupun ada juga yg brkta, aplh arti sbuah nama, tp nama ttp mnjdi hal pnting dan hrus ada.

    Akupun punya bbrpa nama, tp nama Desfortin ckup tenar sih, mkanya blogku pun pakai nama itu juga, hee…

    Oya, di FB aktif gak Cinta dg nama Cahaya Nur Aini itu? Who knows we can be friend there too, klo brkenan juga, gak mksa sih.

    Disukai oleh 1 orang

    1. iya patah hati sjak itu 😭

      Cinta1668 itu pilihan ngacak yg msh trsedia di WP mas Des, tdinya pengin pake 2016 thn buat WP tp udah ga trsedia, ya udah pke itu sja. 😁

      FB udah off smua mas Dess, ga ada lg.

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar