Cinlok (Cinta Lokasi)


Karena cinta yang tulus tak harus berarti “memiliki”, 787 kata


Tanggal berapa sekarang ya?
Oh syukurlah masih tanggal 31 Agustus 2017 *ceritanya sambil melirik ponsel, berarti masih dapat kesempatan kan, untuk menulis Obrolin’s Monthly ChallengeΒ bulan ini?

ColekΒ mas Nur IrawanΒ selaku sesepuh…masih boleh kan ya? Heu…heuuuuuu. πŸ˜…

Well, aku mau ngomongin cinlok nih, Lovers, stay tunedΒ ya, sebentaaaarrr saja *mulai deh ngerajuknya.Β πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Jadi gini Lovers, cinlokku ini bukan lagi berkisah seputar mas mantan. Ah, kalian pasti sudah bosan kalau kuceritakan perihal mas mantan. Dari serius sampai puitis sampai mewek sampai nangis bombay, serial mas mantan tidak ada habisnya. Makanya ganti yang lain lah ya, biar tidak membosankan, wokeh? 😎 *lagian mas mantan udah punya orang dan hidup sentosa lagi bahagia, ngapain pula diceritain? up’s maaf mas maafkeun yak πŸ˜“πŸ˜“πŸ˜“ *khilaf…aku khilaf.

Cinlokku yang kedua…sebenarnya aku tidak tahu juga ya, ini bisa dibilang cinlok atau tidak, lah wong ketemuan saja belum koq! πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Aku seorang Cinta yang ambisius. Aku seorang Cinta yang tidak pernah mau mengalah. Aku seorang Cinta yang penuh harga diri. Akhirnya menjatuhkan harga diriku, Lovers. Bagaimana tidak? Seumur-umur, sepanjang usiaku, aku tidak pernah meng-iya-kan ajakan pacar (*dulu, sekarang kan bukan penganut pacaran lagi, heee πŸ˜…) untuk menonton film di bioskop…akhirnya aku menjatuhkan harga diriku dengan mengajak seseorang nobar film “Hujan Bulan Juni” yang masih belum jelas kapan tayangnya. Dengan kekuatan basmallah yang berkali-kali aku menguatkan diri mengajaknya. Ya, ia, seseorang yang kuanggap cinlokku.

Tapi…aku tak digubrisnya. Bicaranya sudah berubah. Ralat, maaf, bicaranya? Saat itu hanya via chattΒ saja, bukan bicara sebenarnya. Tapi cara chatt-nya sudah berubah. Aku ngomong A ia sambung B. Ia tak lagi perhatian, ia menjauh dariku sepertinya, itu yang bisa kutangkap. Padahal, kalau saja ia tahu apa tujuanku mengajaknya menonton, mungkin ia akan berpikir lagi kenapa harus menolak. Atau bahkan menyesal mungkin *asli, kata-kata yang terakhir ini hanya harapanku saja. Huh, dasar kamu, Cin…Cin… πŸ˜“πŸ˜“πŸ˜“

Alasan pertama, sudah kukatakan di atas, ya…karena aku yang seumur ini belum pernah tercemar nonton di bioskop bersama kekasih di mana pun selama aku hidup di dunia ini.

Alasan kedua adalah karena sepanjang film nanti, aku akan memperhatikan semua keadaan fisiknya, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Akan kuperhatikan rambutnya yang katanya sudah beruban. Aku akan perhatikan alisnya yang tebal, apakah sama antara di foto dengan yang sebenarnya? Aku akan perhatikan wajahnya yang sangat tirus, hidungnya yang mungil di antara tidak mancung juga tidak pesek. Juga kedua bibirnya yang aku hafal benar sangatlah tipis dan hitam karena ia perokok! 😣

Ah ya, aku juga akan perhatikan lehernya yang jenjang karena ia terlalu kurus. Juga badannya yang tinggal tulang karena kadang lupa makan. Aku pasti akan mengomel di sana mengingatkannya agar tak lupa makan sampai ia tak tahan dan menutup daun telinganya dengan kedua telapak tangannya sendiri seraya berkata “hush berisik!”

Ketiga. Aku akan memperhatikan sikap dan tingkahnya. Kalau ia membawa headset, akan kuingatkan dulu untuk tidak menggingit-gigit headset-nya seperti yang pernah ia lakukan saat di video call beberapa waktu lalu, menurutku itu sangatlah jorok. 😣. Akan kuperhatikan juga, apakah ia tetap suka tak mau kalah berdebat denganku atau malah diam saja? *haha πŸ˜…

Aku juga pasti akan penasaran, apakah ia akan mengerjaiku juga seperti yang sering ia lakukan? Oh tidak! Tidak akan kuberi kesempatan ia mengerjaiku, aku yang akan mengerjainya lebih dulu. Suerrrr ini mah harusss ya! 😑 *pasang muka galak.

Dan alasan terakhir, aku akan berterimakasih pada Tuhan. Sungguh, sungguh terimakasih yang tidak terkira karena akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang sangat kucintai. Seandainya itu pertama dan terakhir, aku pasti akan meng-capture semuanya baik-baik di dalam otakku. Setiap moment, setiap inci kejadian. Meski otakku ini penderita short memory, tapi…aku janji akan berusaha mengingatnya dengan keras, sungguh, aku akan melakukannya.

Tapi…

aku tidak diberi kesempatan untuk hari yang indah itu.

Tapi…

aku tidak dibiarkan memenuhi hadiah terindah untuk diriku sendiri seperti yang biasa kulakukan setelah berhasil melakukan sesuatu yang hebat yaitu aku telah mendapatkan pekerjaan baru dengan susah payah, setelah menangis berhari-hari karena aku kehilangan pekerjaan.

Tapi…

Kita bukanlah kisah “Hujan Bulan Juni”.

Ia bukanlah Sarwono-ku, dan aku bukanlah Pingkan-nya.

Tapi…

Lagi-lagi aku harus berpapasan dengan kata yang paling kubenci sepanjang usiaku.

move on Cinta, move on

Cukup! Enough!

Ini bukan cinlok!

Ini bukan kisahku lagi!

Aku tidak diberi kesempatan!

Aku sendiri lagi…kurasa aku perlu sendiri tanpa cinta-cintaan lagi, terlebih cinlok, rasanya aku sudah kapok! πŸ˜“

 


 

 

 

Suara takbir sudah mulai bersautan di luar sana. Selamat hari raya Idul Adha, sahabatku, maaf…karena aku terlalu mencintaimu. Kau pasti akan dengan mudah melupakanku. Tapi tidak denganku, tidak akan pernah mudah bagiku.

Aku masih Cinta yang sama, yang akan panik jika kau kenapa-kenapa, mungkin aku juga tidak akan bisa tidur nyenyak lagi seperti biasanya…maka jagalah dirimu baik-baik, kalau kau tidak bisa melakukannya untuk dirimu, setidaknya lakukanlah untukku. Agar aku bisa bernafas dengan lega. πŸ˜‡

#Obrolin #OMCAgustus #YukMenulis

38 respons untuk β€˜Cinlok (Cinta Lokasi)’

  1. Yeah another broken heart. Selamat semoga kamu tabah. Puk puk.
    Lah kenapa selamat?
    Bukankah selepas hujan ada panas. Jadi pasti ada another cowok ganteng lain setelah patah hati.

    Disukai oleh 3 orang

  2. Dari dulu… memang begitulah cinta… deritanya tiada akhir… hahaha… pat kay…

    Memang terkadang ada kahanan yang harus susah dulu baru bahagia..

    Agar faham makna asli dari cinta.

    Dipertemukan dg orang yg bikin sakit hati itu bukan kebetulah..

    Bisa jadi itu langkah awal untuk menemukan orang yang tepat..

    Disukai oleh 3 orang

    1. ada, bunda.

      komen saja gini :

      semoga setelah sedih ini, Cinta bisa bahagia. Amin πŸ˜‡

      gitu saja bunda Dyah.

      Ah, bunda, Cinta patah hati untuk ketiga kali, seperti cerita yang bunda kirim ke Cinta 😒😒😒

      Suka

Tinggalkan komentar