Hujan dan Cinta


Hujan dan Cinta, 492 kata


Entah ada hubungannya atau tidak, aku selalu menghubung-hubungkan hujan dengan cinta.

Bahkan beberapa waktu lalu, tulisanku bercerita tentang syarat lelaki yang kusukai, di antaranya harus menyukai hujan dalam post berjudul Lelaki dan Rintik Hujan.

Hujan dan Cinta
Gambar diunduh dari Google

Hujan punya daya magis tersendiri untukku.

Bagaimana ya, aku memulainya?

Hujan itu sederhana.

Ia tak suka macam-macam. Hanya berdiri di ruang yang begitu luas beratapkan langit, memperhatikan dari jauh. Derainya yang mengalun merdu dan syahdu membuatku begitu terpesona.

Tapi, pernahkah ia menyadarinya?

Tentu tidak! Karena hujanku terlalu sibuk untuk mengakui kelebihannya. Hujanku lebih memilih caranya yang sederhana. Memberi manfaat sebanyak mungkin kepada apa pun yang ditemuinya tanpa jumawa. Ah, aku suka!

Hujan itu murni.

Mungkin itu sebabnya, mengapa aku selalu ingin menyentuhnya dengan jari mungilku. Aku tak pernah bosan menungguinya berjam-jam di teras depan rumahku.

window-crying
Gambar diunduh dari Google

Sesekali…aku bermain-main dengan rintiknya. Lalu, dengan serta-merta berbicara serius padanya, seolah ia mengerti isi hatiku…

“Hai hujanku, bagaimana kabar ia di sana? Kau pasti tahu kan, siapa yang kumaksud? Iya, dia itu maksudku. Bagaimana kabar lelaki hujanku saat ini? Sibukkah ia? Atau…ia sedang bergumul dengan tumpukan buku, saat ini. Iyakah?

Hujanku sayang, bukankah kau seringkali turun di kotanya? Jangan lupa ya, katakan padanya, aku rindu.

Ah, iya…sampaikan juga maafku padanya. Karena hari ini, aku telah lancang kembali membuka-buka akun Facebook-nya lewat Facebook sahabatku. Aku mencuri lagi empat buah fotonya. Ah, aku senang karena koleksi fotonya bertambah di ponselku!

Aku suka sekali posenya di kamar dengan memakai topi dan buku di tangannya. Background yang dibuat hitam putih membuatku tersenyum seharian tadi. Maafkan kejahilanku kali ini ya, lelaki hujan. Maafkan.

Eh, tapi tunggu. Aku beritahu satu hal lagi padamu, hujanku. Ada lagi satu fotonya yang kusukai. Fotonya yang sedang bersandar di bawah sebatang pohon. Aku tebak…ia pasti menunggui hujannya datang untuk bersyair lagi.”

Aku jahil? Memang. Karena itu aku berbeda. Karena itu kau…kau…kau…bahkan belum bilang suka dengan jelas padaku. Huuffftttt.

Andai kau tahu bagaimana caraku mencintaimu.

Aku mencintaimu dengan wajar. Sewajar aku bisa. Aku bisa tetap tenang meski tak menghubungimu seharian. Meski kuakui, aku rindu. Memilikimu membuatku merasa tak sendiri. Aku tak perlu sibuk menata kata, aku tak perlu sungkan ketika aku marah, bahagia, cerewet, berteriak, atau bahkan menangis sekali pun. Karena aku tahu, kau selalu bisa membuatku nyaman menjadi diriku-sendiri. Sungguh, sejak mengenalmu, ada hawa sejuk mengalir di dadaku. Dan beribu-ribu terimakasih karena Dia, Yang Maha Baik, telah menciptakanmu dan mempertemukanmu denganku.

Apakah kau tahu?

Kau adalah satu-satunya lelaki yang berhasil mengusir jauh bayangan mas mantan.

Dan jika dalam waktu dekat ini, ada seseorang yang menyukaiku dan mengajakku menikah, aku akan dengan tegas menolaknya.

Alasanku sederhana saja.

Aku hanya sedang tidak ingin menggantikan sosokmu dengan siapa pun. Setidaknya untuk saat ini, aku hanya ingin dirimu saja. Hanya kamu.

Sudah dulu ya, sudah waktunya berbuka puasa. Selamat berbuka puasa untukmu, kekasihku. Jangan lupa minum air putih dulu atau teh hangat, jangan langsung minum es, nanti kamu bisa sakit perut!

10 respons untuk ‘Hujan dan Cinta

Tinggalkan komentar