Cinta Sejati (4)


Cerbung Cinta Sejati (4), 2285 kata


Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Terimakasih

🙏🙏🙏


gambar diunduh dari cinta.love

Bagian satu, klik di sini oleh mas Shiq4

Bagian dua, klik di sini oleh Cinta1668

Bagian tiga, klik di sini oleh mas Shiq4

10 Mei 2016 at 11.30 pm

Dear Diary,

Sudah 8 hari ini terhitung aku jadian dengan kak Langit, aku tak lagi bertemu dengannya

Kalau kau tahu alasanku, diary, mungkin kau akan tertawa. Tapi…aku benar ingin mengatakannya.

Semua itu bermula dari mimpi yang absurd beberapa hari terakhir. Mimpi yang sudah berulang tiga hari. Sebenarnya, aku tidak tahu apakah itu sebuah firasat atau bisa jadi hanya bunga tidur saja.

Tapi sebentar diary, mungkin kau akan bertanya, mimpi absurd apa yang kumaksud…baiklah, akan kubagi denganmu, lalu kita tela’ah satu demi satu, apakah ini hanya bunga tidur atau firasat buruk?

  1. Aku berkunjung ke rumah kak Langit. Oh My God! Nonsense.

Kau tahu diary, sebelum aku melakukannya, mungkin aku sudah digantung HIDUP-HIDUP oleh ayahku. Aku keturunan orang Jawa yang masih sangat kental memegang adat dan budaya, kedua orang tuaku juga mengajarkan tatakrama. Ini benar mimpi yang menjengkelkan dan aku tidak suka!

  1. Aku minta berciuman dengan kak Langit? Aku, Silfin, yang meminta sendiri? @__@

Huft, SEBAL. Lagi-lagi aku harus bilang itu mimpi konyol, absurd! Kau sudah tahu kan diary, setiap aku menuliskan huruf kapital di sini itu berarti aku sangat marah?! Dan itulah perasaanku saat ini. Kenapa aku harus marah hanya pada sebuah mimpi? Aku tak tahu jawabannya, dan kenapa mimpi itu harus datang berulang-ulang? Aku lebih tak tahu jawabannya. Kau kan paling tahu diary, aku tidak pernah berciuman dengan lelaki manapun! Sejak ciuman pertamaku direnggut oleh makhluk kecil itu. Orang bilang, ciuman pertama itu menyenangkan. Unforgettable moment. Tapi tidak bagiku. Makhluk kecil berwarna hijau, bersuara cempreng, dan tiba-tiba saja nangkring di pipiku tanpa izin. Rasanya hambar…dingin. Coba kalau makhluk kecil itu berubah jadi pangeran tampan, aku mungkin akan memaafkannya, diary. Tapi tidak. Dia tetap menjadi katak hijau yang gendut, bermata besar, dan dingin. Ah, dasar katak hijau resek! Dia menghancurkan fantasy-ku perihal ciuman pertama! Hiks 😦

  1. Dalam mimpiku ternyata, pria yang kucintai dalam diam lebih dari empat tahun hanya berniat menjadikanku kelinci percobaan. Itu JAHAT!

Seandainya diary, mimpi itu benar adalah rahasia hati kak Langit mengapa dia begitu dingin pada semua perempuan. Maka aku tidak akan memaafkannya, sekalipun ia berlutut di kakiku. Aku sungguh tidak akan memaafkannya! Titik tidak ada koma!

  1. Kak Langit yang berubah 180 derajat sikapnya padaku telah mengatakan akan melanggar perjanjian no 10.

Ya sudahlah…aku adalah Silfin. Aku tak kekurangan suatu apapun kecuali rasa cintaku yang telah bersemayam tulus untuknya selama empat tahun. Tapi jika dia benar melakukannya, dia tidak pantas lagi menjadi cinta sejatiku.

Oh ya diary, aku berencana meminta bantuan Dewi dan Mirna. Kuharap mereka bisa mengorek informasi perihal kak Langit dari Abdul dan Sholikin. Bukankah aku pernah menjanjikan untuk mengenalkan mereka dengan sabahabatku. Untunglah mereka ada dua orang dan sahabatku juga ada dua. Ini adalah kebetulan yang manis.

Diary…. Aku mencintainya, mencintai kak Langit, bahkan selamanya jika ia masih seperti kak Langit, pemuda empat tahun lalu yang tulus, yang pernah menangis di depan perempuan berseragam biru putih, yang rela wajahnya lebam karenaku. Tapi…waktu sudah lama berlalu, diary. Waktu bisa mengubah segalanya. Bisa saja sang waktu menjadi lebih bijak, memberikan hikmah pada kak Langit hingga ia menjadi pria lebih baik. Namun, waktu juga bisa menjadi jahat…melebur kebaikan, menghapusnya, dan hanya akan menyisakan luka.

Satu lagi diary…

Aku sebenarnya galau. Ada seseorang. Selain kak Langit yang namanya mirip dengannya, namanya Awan. Jika disandingkan, dua nama ini akan sangat serasi…Awan di Langit, atau Langit ber-Awan, hihi keren kan?

Aku baru dua kali bertemu dengannya. Ada yang aneh dengan pemuda ini. Tapi…next time saja ceritanya ya, ini masih rahasia. 😛

Xoxo,

A very happy me,

Silfin.

*****************************

“Uk uk uk uuuuukkkk

Uk uk uk uuuuukkkk

Uk uk uk uuuuukkkk”

Suara panggilan dari si Jago jantan sudah mulai mengusik. Semakin lama suaranya semakin keras saja di telinga. Dan kalau kita mau memperhatikan, mungkin ini adalah salah satu cara Tuhan membangunkan manusia, melalui ciptaan-Nya.

Dewi dan Mirna yang menyadari hal itu, sudah mempersiapkan diri sejak pagi. Memoles wajah dengan bedak dan lipstik seperlunya, memadukan warna baju dengan tas dan sepatu. Dewi yang pesolek, romantis, dan penyuka drama Korea. Dan Mirna yang terlalu serius bahkan dalam hal bercanda, hati-hati saja saat bercanda dengan Mirna, hal yang belum tentu benar bisa jadi masalah besar jika Mirna salah menerjemahkan. Mereka kemudian bergegas menuju kamar kost nomor 05 menyampaikan rencana yang mereka susun untuk Silfin, sahabat sekaligus ketua genks-nya.

Pemilik kamar 05 tak juga menyahut, membuat perasaan Dewi dan Mirna tidak tenang. Baru ketokan pintu ketujuh terdengar nada suara parau dari dalam pintu kamar sembari membuka kunci kamar.

“Uhuk…uhuk…uhuk iya aku dengar, tapi aku tak bisa pergi ke kampus, aku kurang enak badan, kepalaku pusing karena tak bisa tidur beberapa malam ini. Tolong mintakan aku izin ya, bisakah?” Setelah membuka pintu kamar, Silfin berceloteh panjang lebar.

“Hmmm, masih perihal mimpi dan firasat itukah? Lama-lama kamu bisa ketularan sifat seriusnya Mirna kalau begini. Bisa jadi kan itu hanya bunga tidur saja? Sudahlah, lupakan saja. Serahkan pada kami, ok?” Dewi mencoba menenangkan.

“Astaga! 380C? Ini bahaya Silfin, ayo cepat kuantar ke dokter. Kalau didiamkan saja akan bertambah panas nanti. Bagaimana kalau kamu kenapa-kenapa sementara kami tidak ada?” Mirna mulai serius lagi.

“Uhuk uhuk uhuk…iya nanti aku berobat, aku baik-baik saja kok. Memang kalau setelah mimpi itu datang, aku takkan bisa tidur semalaman. Aku mungkin terlalu serius menanggapinya. Aku masih perlu bantuan kalian berdua, tolong aku, hanya kalian yang bisa membantuku.”

“Ya, baiklah, akan kami lalukan untukmu.” Dewi kembali menjelaskan,”kami bahkan telah menyusun sebuah rencana untukmu. Rencananya adalah…”

Dewi tak melanjutkan. Hanya memberikan secarik kertas untuk Silfin. Para perempuan ini tahu persis bahwa dinding pun kadang bisa bersuara dan mendengar. Dan itu tidak akan bagus untuk keberhasilan rencana mereka.

“Ya sudah, kami berangkat ke kampus dulu. Jangan lupa berobat ya, pokoknya aku tidak mau tahu, begitu aku pulang jam dua siang nanti, kamu harus sudah berobat! Titik!” gaya Mirna kali ini mirip sekali dengan pak Doni, dosen killer matkul Listening 1 di kampus mereka.

Mereka bergegas meninggalkan Silfin setelah melakukan tos ala genk mereka. Menutup pintu kamar kos nomor 05, lalu memulai rencana 1 : menelepon kedua cowok yang sedang dekat dengan Silfin, siapa lagi kalau bukan Awan dan Langit.

Silfin sendirian dalam kamar. Sebenarnya, ada kebiasaan aneh yang selalu muncul dari tubuh Silfin. Saat kenyataan tidak seperti yang dia harapkan, biasanya Silfin akan sakit. Mungkin otaknya bisa menerima kenyataan, tapi tidak dengan hatinya. Kata orang bijak, hati adalah satu-satunya organ yang tidak pernah bisa berbohong. Dan sayangnya, kata-kata orang bijak itu juga berlaku untuk Silfin. Silfin sakit karena hatinya tidak bisa menerima kalau orang yang dicintainya lebih dari empat tahun itu hanya berniat menjadikannya kelinci percobaan. Ingin sekali Silfin mengingkari mimpi itu. Tapi mimpi itu terus dan terus datang lagi, mimpi itu seperti menuntut untuk dipercaya…Mimpi itu seperti hidup, mimpi yang aneh!

“Tok tok tok.”

Ketukan pintu kamar kost kembali berbunyi. Silfin seolah sudah tahu siapa yang datang hari ini. Ia sadar, ini rencana no. 1 dari Dewi dan Intan. Tapi siapakah yang akan datang lebih dahulu? Kak Langit atau mas Awan?

“Kak Silfin, ada tamu menunggu di bawah, cowok, jadi tidak boleh naik, ibu tidak mengizinkan,” Risha, gadis kecil berlesung pipi berparas hitam manis anak pemilik ibu kost datang memberi informasi.

Silfin bergegas membuka pintu lalu berterimakasih pada Risha. Waktu ditanya siapa namanya, Risha lupa menanyakan. Hanya mengatakan mukanya jutek dan tidak pernah tersenyum. Dari ciri-cirinya saja, Silfin sudah tahu kalau itu pasti kak Langit. Betapa senang hatinya, lelaki yang dicintainya itu akhirnya menjadi yang pertama datang.

“Kau sakit? Sejak kapan? Kenapa tidak mengabariku?” tiba-tiba saja tangan langit sudah menempel di kepala Silfin,”Astaga! Panas sekali! Sudah ke dokter?’

Yang ditanya cuma menggeleng pelan…dan tersenyum.

“Kalau begitu ayo kita ke dokter.” Kata Langit selanjutnya.

“Tapi…bukankah kak Langit ada matkul hari ini?”

“Iya, tapi aku sudah izin, jadi aku bebas di jam pertama dan kedua.”

“Izin? Bagaimana bisa mendapatkan izin? Izin untuk apa?”

“Aku katakan saja yang sebenarnya, izin mengantarkan pacar sakit, dia namanya Silfin, tinggal di kost dan sendirian, tidak ada keluarga di sini, selesai!” Langit kali ini terlihat serius, tidak akan ada yang percaya kalau sebenarnya dia sedang membual dan menggoda.

Benar saja, Silfin jadi tersipu malu dan bersemu merah pipinya. Wanita memang mudah digoda, dan suka digoda. Ini sudah kodrat alamiah dari Sang Pencipta.

“Ya sudah, kalau begitu ayo sekarang antarkan Silfin ke dokter, kak Langit mau kan?” Silfin masih tersenyum.

Tanpa banyak kata, Langit mengangguk mantab. Diiringi langkah Silfin meninggalkannya beberapa menit untuk berganti baju dan mengenakan pakaian seadanya. Silfin kembali muncul di lima belas menit setelahnya.

“Ternyata benar apa kata orang, perempuan itu walaupun sakit harus tetap berpoles bedak dan lipstik, baju, sepatu, dan tas juga harus matching, hmmm,” Langit memandang sinis ke arah Silfin.

“Kak Langit, please deh, Silfin keluar rumah dengan kak Langit. Kalau Silfin bulukan, yang malu kan kak Langit juga, benar?” Silfin tak mau kalah,”Silfin terlihat catchy buat siapa coba? Cuma buat kak Langit seorang loh, heeee.”

Perempuan ini pintar juga menggoda, pikir Langit.

Satu gang. Dua gang. Tiga gang pun terlewati. Mereka sengaja berjalan kaki bahkan setelah Langit menawarkan untuk naik angkutan umum. Menurut Silfin, saat yang paling menyenangkan adalah menghabiskan waktu berjalan berdua bersama kekasih, meski lelah pasti tak terasa, dan ia juga bilang kalau hal itu bisa jadi terapi hati untuk kesembuhannya.

Apakah ini cinta?

Cinta yang membuat Silfin tidak tidur tenang dan bersembunyi dari Langit perihal mimpi yang absurd selama delapan hari. Hari ini cinta itu pulalah yang menyihirnya. Silfin lupa, benar-benar lupa. Silfin sudah lupa bahwa bisa jadi mimpi itu benar. Bisa jadi, Langit hanya mengerjainya saja. Hanya menjadikannya kelinci percobaan. Pada saatnya, Silfin akan jatuh, terlunta, dan mengenaskan. Seperti pengemis yang meminta-minta tanpa adanya sambutan dari si pemilik uang. Hanya saja bukan pengemis jalanan. Tapi…pengemis hati yang meminta cinta dari seseorang. Ironis sekali bukan?

Assalamu’alaikum, Silfin.”

Suara seorang pria dari belakang mengagetkannya. Seseorang dengan perawakan tinggi 175 cm dan kurus. Wajahnya tirus dengan sedikit jambang yang tersusun rapi juga seulas senyum yang menawan. Penampilan khas pekerja kantoran melekat kuat di tubuhnya. Rapi dan wangi.

“Eh, mas Awan, wa’alaikum salam,” Silfin terlihat sedikit gugup dan melepaskan tangan kanannya dari genggaman Langit.

“Katanya kamu sakit, benar? Kenapa tidak berobat?” Awan melanjutkan.

“Mmmm, ini sedang menuju ke klinik, oh iya mas Awan, kenalkan, ini kak…” belum sempat Silfin melanjutkan.

“Pasti Langit ya? Kekasihmu bukan?” tebakan Awan kali ini membuat Langit bereaksi.

“Kenalkan saya Langit…Langit Abiyasa, dan ya, anda benar, saya pacarnya Silfin.” Langit menegaskan lebih dalam.

“Iya, saya senang kalian berdua sudah akur. Alhamdulillah. Nama saya Rahmat kurniawan, biasa dipanggil Awan, saya baru 5 hari ini mengenal Silfin, ia ikut pengajian di masjid dekat rumah saya, kebetulan saya pembicaranya. Ini pertemuan ketiga kalinya. Saya juga menyampaikan niatan saya untuk melamarnya. Tapi dengan tegas dia menolak saya. Tidak mengapa, insya Allah saya ikhlas. Pesan saya, tolong bahagiakan dia, karena jika mas Langit melepaskan tangannya. Saya akan dengan senang hati menyambutnya.” Kata-kata yang tegas itu benar-benar tidak disangka Silfin akan muncul untuk kedua kalinya dari mulut seorang Awan, ustad sekaligus dosen di salah satu universitas Islam negeri di Malang.

“Kalau begitu saya pamit dulu…Assalamu’alaikum Silfin, Langit.” Lalu seseorang bernama Awan itu langsung menghilang bersama pandangan.

Langit terdiam. Tidak bergerak di 10 detik itu.

“Kak Langit, ayo kita lanjutkan perjalanan, percayalah, Silfin tidak akan mengkhianati kak Langit, Silfin sudah katakan semua kok pada pak dosen itu. Silfin hanya mencintai kak Langit seorang. Kak Langit percaya kan?”

“Kau puasa menemuiku delapan hari dan kau menemuinya dua kali? Aku tidak menyangka, kau sama saja dengan perempuan lain yang mudah membagi cinta!” Langit tidak bisa menahan amarahnya.

“Bukan seperti itu kak Langit, sungguh bukan seperti itu kejadiannya. Dengarkan Silfin dulu, Silfin mohon.”

“Apalagi yang harus kudengarkan? Kebohongan yang mana lagi?’

“Kak Langit tahu kenapa Silfin sakit? Itu karena Silfin bermimpi…kak Langit hanya main-main dengan Silfin, kak Langit hanya menjadikan Silfin kelinci percobaan saja. Mimpi itu berulang-ulang terus sampai tiga hari, Silfin bahkan tidak pernah bisa tidur setelahnya, itulah sebabnya Silfin sakit. Apalagi ada bukti yang menguatkan, kemarin, Silfin tidak sengaja mendengar percakapan antara Abdul dan Sholikin di kantin dekat kampus. Mereka berdua bilang akan berusaha meyakinkan kak Langit bahwa perasaan Silfin tulus, bahwa Silfin tidak pantas menjadi kelinci percobaan. Lalu, apakah salah kalau Silfin ikut pengajian untuk mendamaikan hati sendiri? Apakah Silfin juga salah kalau mas Awan menyukai Silfin? Itu bukan kemauan Silfin.”

“SKAK MAT! Itu yang kamu lakukan padaku hari ini Silfin. Iya aku memang berniat menjadikanmu kelinci percobaanku. Tapi, aku tidak pernah menyangka…aku yang berniat mengerjaimu, malah kau kerjai lebih dulu. Ya sudah kalau begitu kita PUTUS!”

Langit mengatakan semuanya dengan geram. Ia bahkan tak bisa lagi menahan emosinya dan meninggalkan Silfin.

“Kak Langit tunggu…bukan begitu maksud Silfin kak Langit, sungguh! Bukan seperti itu…kak Langit, Silfin sedang sakit, setidaknya kak Langit harus mengantar Silfin ke dokter, kak Langit tunggu!”

Silfin berusaha memegang tangan Langit namun lagi-lagi Langit menghempaskannya begitu saja. Semuanya berakhir, langit pergi…tanpa menoleh ke arahnya lagi.

Kini tinggalah Silfin sendirian, ia jatuh terduduk di sudut gang, menggamit kedua lututnya yang mungil dan menyembunyikan wajahnya di sana. Menangis hingga punggungnya terguncang. Tidak peduli dengan keadaan sekitar. Ah, patah hati memang menyakitkan.

“Silfin, jangan menangis di jalan seperti ini, Silfin sudah besar, apa tidak malu dilihat orang?” Suara itu lagi, suara lelaki yang sama yang mengucapkan salam tadi.

Tanpa banyak bicara, lelaki itu tersenyum. Ia menyodorkan sapu tangan berwarna cokelat tua dengan garis putih di ujungnya lalu berkata…

“Sekalah air matamu, Silfin, ayo berobat…saya akan temani Silfin.”

Lelaki itu kembali tersenyum. Sangat sejuk, terkadang aku merasa seolah hujan turun saat dia tersenyum. Satu lelaki yang kucintai yang hanya berniat mengerjai. Satu lelaki yang tidak kucintai namun selalu mendamaikan hati. Aku harus memilih siapa? Gumam Silfin dalam hati.

Bersambung…

29 respons untuk ‘Cinta Sejati (4)

      1. aseeeekkkk horeeee…!

        Ya itu berrt kabar bagusnya mas Shiq, biarkan hanya Tuhan yg tahu, Cinta jg ga tahu ini mau brp episode, Cinta harap sih jgn lebih dr 10. Biar ga kelamaan ya mas 😁

        Disukai oleh 1 orang

      2. mas Shiq.. lupa, 1 lg, ga ada adegan dewasa mas, ga pke acara ciuman sgala, kla masih ada, maaf Cinta mundur, ga bs masuk episode selanjutnya. Cinta sedang proses ta’aruf mas, Cinta yakin seseorang di luar sna sdg mmperhatikan Cinta. Mohon pengertiannya ya mas 😊

        Disukai oleh 2 orang

      3. Sudah ada ide baru. Episode enam nya harus romantis karena saya mengalah sama cinta ini. Pikirkan saja pembicaraan romantisnya antara langit dan silfin.

        Disukai oleh 1 orang

  1. Wanita memang mudah digoda, dan suka digoda. Ini sudah kodrat alamiah dari Sang Pencipta….

    Aku suka kata2 di atas. Tapi bnar gak ya?

    Terserahlah, itu bukan inti tanggapanku saat ini.

    Tnggapan sya adalah:
    Koq, tega Langit ninggalin Silfin sendirian di gang itu ya, dg keadaan sakit lg. Bnar2 sifat yg menyebalkan. Hebat juga sudut pndang Anda ini, Cinta1668

    Saya sih maunya cpat sja cerbungnya diselesaikan, dan Silfin ksih tahu yg sbnarnya kpd Langit ttg fakta msa llu itu. Mau sampe brapa episode sih? Mau selevel novel?

    Hhmm…kok di bagian akhir ada si Awan lg? Rasanya tadi dia udah brllu dari pndangan, sulit ditebak ya …heee….

    Disukai oleh 1 orang

    1. kira-kira ada 10 episode mas Desfortin…penginnya sih yang sulit ditebak. Sesuatu yang sulit ditebak akan meninggalkan kesan mendalam di hati pembacanya. Contoh : romeo and juliet 😃.

      Mengenai perihal digoda…itu no komen sajalah dari Cinta 😁

      Suka

Tinggalkan komentar