Review Novel “Tenggelam di Langit”


Review Novel, 665 kata


Picture by me


IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Tenggelam di Langit

Penulis        : Tan Panama

Tebal Buku : 180 halaman

Edisi         : Cetakan Pertama, Januari 2017


SINOPSIS

Bagaimana jika engkau menjadi ia?

Bagaimana jika pada saat sendirian, sejenak saja engkau renungkan, engkau sisihkan prasangkamu…betapa ia juga berniat baik, betapa ia, tak kurang dari tekadmu itu, ingin juga melihat kota Karagan menjadi lebih baik?

Dua kalimat tanya di atas sepertinya mewakili jiwa dari sebuah karya sastra ini.

Reina Gautama—seorang aktivis perempuan yang mencintai pantai pesisir utara Karagan. Ia bersikeras menentang tindakan walikota Karagan : Wira Jayanto atas proyek reklamasi besar-besaran dengan menguruk lautan menjadi daratan. Menurutnya, tindakan tolol itu jelas akan merusak ekosistem alam yang lambat laun akan membuat murka semesta. *Skip

Reno Arka Jayanto—anak sulung pak Wira Jayanto—pada awalnya menentang tindakan ayahnya. Ia pun berpendapat sama seperti Neira…tidak benar menguruk lautan, tidak benar jika ayahnya lebih memihak pemilik modal “Serunai Group” dengan mengeruk keuntungan yang lebih besar. Sungguh, mereka, para nelayan tidak lebih baik jika digusur serta-merta tanpa memikirkan keinginan mereka. Namun karena suatu hal, akhirnya ia sadar, bahwa tujuan ayahnya adalah demi kebaikan. *Skip

Wira Jayanto—Walikota Karagan—sosok lelaki tua yang tak pernah meninggalkan lima waktunya untuk berdoa. Sebenarnya, sepanjang hidup, cita-citanya adalah menjadi pengemban amanah untuk pesisir utara kota Karagan tetap baik-baik saja, kalau bisa menjadi lebih baik. Ratusan nelayan masih dapat melaut. Pendapatan daerah meningkat sebagai imbas dari kesejahteraan rakyat. Banjir akan teratasi karena tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan ke sungai. Ketersediaan instalasi air bersih yang tentu saja akan menunjang kesehatan. Pembangunan rumah susun untuk para nelayan di pulau buatan lebih bermartabat dibanding gubuk dengan sanitasi buruk, pikirnya. Lalu…di sini siapa yang jahat? Siapa pula yang serakah? *Skip

Mandala Jayanto—saudara kembar Wira Jayanto. Di usia ke 17, mereka berdua berjanji untuk menjaga peradaban. Wira Jayanto sebagai panglima utara yang mencintai perairan, mengambil mandat wilayah pesisir utara Karagan. Mandala Jayanto yang mengikrarkan dirinya sebagai panglima Selatan, mengabdi di bagian Selatan Karagan, daerah pegunungan. *Skip

Adrian Gautama—sosok bijaksana, ayah dari Neira Gautama—adalah sahabat Wira Jayanto yang dalam sepekan hanya bertemu di dua hari Sabtu-Minggu. Suatu kejadian di luar dugaan memisahkan mereka, kejadian yang membuat seorang Wira Jayanto berubah 180 derajat. *Skip




KELEBIHAN NOVEL

– Diksinya indah, dengan pengandaian dari lembut sampai tegas saya temukan pada bait demi baitnya.

– Banyak kosakata baru, yang nantinya bisa sangat berguna bagi penulis pemula.

– Mencerdaskan karena dengan membacanya, mau tidak mau Anda pun akan tertarik untuk membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia perihal kosakata baru dalam novel ini.

– Pesan moral yang indah yang mewakilkan tiga buah kata “jangan berburuk sangka”

– Pesan lain yang tak kalah penting : menyeimbangkan kondisi di mana kita menganggap orang lain sebagai diri-sendiri, merasakan—bagaimana, apa, dan mengapa—dalam diri orang lain bukanlah perkara mudah, namun bukan berarti Anda tidak bisa jika Anda berani mencobanya.

KEKURANGAN NOVEL

Cerita yang sambung-menyambung antara chapter pertama dengan berikutnya sebenarnya menjadikan novel ini penasaran untuk dibaca. Namun karena kemampuan orang khususnya perihal membaca belum tentu sama, terkadang, ada bagian chapter tertentu yang perlu dibaca ulang. Jika terjadi demikian, akan boros waktu. Namun masalah ini bisa terpecahkan jika Anda rutin membacanya dan dengan cepat menyelesaikan bacaan Anda.

RATING-PENDAPAT PRIBADI RESENSOR

Rating untuk novel ini ada di angka 8/10. Untuk ketajaman penulis yang berani menguak potensi baik pada diri setiap orang. Untuk sikap kritis yang perlu sekali diterapkan hingga tidak memunculkan potensi kesalahpahaman. Untuk cerita dari datar menuju klimaks yang secara apik disajikan. Untuk diksi indah, penulisan kalimat demi kalimat dengan rima sama, menjadikan novel ini recommended untuk dibaca.

Apakah Anda masih penasaran?

Jika jawabannya adalah “iya” maka tugas Anda selanjutnya adalah menghapus kata “skip” yang saya torehkan pada akhir kalimat setiap penggambaran tokoh pada sinopsis di atas dengan membeli bukunya, tentu saja! 😉

Info lebih lanjut mengenai novel “Tenggelam di Langit” bisa dilihat di bawah ini :

Harga buku: Rp 47.000,-*
Tebal: 180 halaman
Dimensi: 14*21 cm

Free blocknote Tenggelam di Langit bagi 50 pemesan pertama.

*Harga belum termasuk ongkos kirim dari Bandung

Format pemesanan:
[Nama] – [Alamat] – [Jumlah Eksemplar]

Kontak pemesanan:
WA/SMS 083821331897 (DZKR Studio)

Informasi/pertanyaan:
dialog.tanpanama@gmail.com

28 respons untuk ‘Review Novel “Tenggelam di Langit”

      1. Baca artikel. Ini masih baca2. Tadi juga baca ebooknya jeff goins. Terlalu banyak baca jaxi over informasi saya ha ha ha…. Ini tadi jadi alarm. Suruh bangunin adik jam 2. Makanya belum tidur.

        Disukai oleh 1 orang

    1. Bisa minta ebooknya ga gan? Telat bbrp taun baru tau buku ini. Waaaa mau nangis rasanya ga ada djual lg di pasaran 😥

      Suka

  1. baca postingan ini berasa ditanya, “udah baca apa Mo?”

    aku : “geleng-geleng”….

    januari blank…. goblin aja belu kelar ditonton jugakkkk
    *malahcurhat

    Disukai oleh 2 orang

      1. sama2 mas Nuhid…

        Mas Nuhid..sya ada prtanyaan sputar Islam via email kmrin, tolong dibalas ya mas, sya bnar2 kebingungan 😁.

        Terimakasih sblumnya.

        Suka

      2. waduuuh tuh kan, bukalah mas 😁

        Kl msh sbuk, ga apa lain kali aja kl ga sibuk. Mmmm Cinta anggap mas Nuhid sbg org yang lbh tahu dan tmpat brtanya sputar Islam untuk episode-episode selanjutnya. Bagaimana mas? Setuju ya mas? 😁

        Suka

Tinggalkan komentar