Jika ada yang bertanya,
Apakah yang muncul di benak saya ketika seseorang mengatakan BATIK?
Maka jawaban saya adalah :
1. Keluarga di Pekalongan
2. Warisan Budaya Indonesia
3. Asli buatan tangan manusia
4. Prosesnya yang demikian rumit membuatnya pantas berlabel harga tinggi
5. Setiap goresan memiliki filosofi.
Lima alasan utama di atas membuat tangan saya sekali lagi ingin menulis tentang kain indah bermotif ini, setelah beberapa waktu lalu saya membuat batik sebagai tema dalam cerpen saya.
Menurut Wikipedia, kata batik secara etimologi berasal dari bahasa Jawa “tik” yang berarti titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah “batik”.
Dengan kata lain, batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan melukiskan atau menerakan malam lilin pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan.
Masih tertarik untuk membahasnya lebih dalam?
Mari kita kupas 5 hal sederhana yang membuat saya jatuh cinta pada batik :
1. Keluarga di Pekalongan
Sepertinya di postingan ini saya perlu sedikit bercerita bahwa saya adalah seseorang yang hidup dan dibesarkan dari kain indah bermotif ini. Ketika saya melihat batik meski sekilas, bayangan masa kecil saya bersama keluarga akan serta-merta muncul. Warna tangan ayah yang berubah-ubah dari hari Senin hingga Sabtu yang serupa warna pelangi itu, sungguh adalah sebuah memori yang tak akan bisa saya lupakan. Lalu, beberapa wajah orang-orang yang bekerja pada beliau juga berkelebatan, tidak begitu ingat karena saat itu usia saya masih sangat kecil. Namun anehnya, ketika saya diajak berkunjung untuk sekedar ber-silaturrahim bersama ayah ke rumah mantan pekerja beliau, kebanyakan dari mereka akan mengenali wajah saya, ada yang mengelus-elus kepala dengan sayang dan berkata :
“owalah nok, saiki wes gede yo?! Kelingan ora, iki pak dhe sing mbiyen kerja kale ayah, nok…”
Lalu, karena saya lupa, dengan polosnya saya akan menjawab…
“heeee…maaf pak dhe, nyuwun pangapunten, Cinta mboten ngertos, dereng kemutan..” sambil menggaruk-garuk kepala saya yang tak gatal.
Ada bayangan wajah ibu yang mengisi kelowongan dengan tekun, dengan sabar, dengan telaten, dan berhati-hati sekali. Lalu, sepersekian detik dari lamunan itu akan muncul bayangan saya sendiri yang usil, ketika ibu lengah, saya akan mulai mengisi kain yang hanya ditebali pena itu dengan malam lilin…Jika ibu saya bisa membuat kelowongan, maka saya yakin, saya pun bisa. Dan ternyata… hasilnya hampir selalu mengecewakan karena akan berakhir dengan tangan saya yang kepanasan dan malam lilin yang melumer kemana-mana di atas kain mori itu—kain yang terbuat dari kapas berwarna putih polos sebagai kain dasar untuk membatik.
“Cintaaaa…mok kapakno iki kelowongan ibu?!”
Meski saya berhasil bersembunyi, namun selalu saja teriakan ibu membuat seorang anak yang baru masuk SD itu merasa bersalah.
2. Warisan Budaya Indonesia
Cultural heritage atau heritage dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan sebagai warisan budaya, peninggalan budaya, atau tinggalan budaya. (Ahimsa Putra, 2004:23-27). Sehingga diperoleh pengertian warisan budaya adalah peninggalan seperangkat atau keseluruhan simbol yang digunakan atau dimiliki manusia dalam hidupnya untuk bisa melakukan reproduksi dan menghadapi lingkungannya yang diperoleh lewat proses belajar dalam kehidupannya sebagai suatu anggota masyarakat. Budaya manusia itu sendiri bisa berwujud gagasan, ide, atau sistem nilai. Maka dapat disimpulkan bahwa batik adalah warisan budaya.
Dan…kabar baiknya adalah Anda boleh berbangga karena Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 02 Oktober 2009.
3. Asli buatan tangan manusia
Beberapa referensi menyebutkan bahwa batik bisa dilakukan dengan dua metode : cap (hasilnya disebut batik cap) dan tulis (hasilnya disebut batik tulis). Namun bagi saya, yang telah lahir, besar, dan tumbuh sampai usia 19 tahun di kota Pekalongan, batik baru bisa dikatakan batik jika ia berasal dari tulisan tangan manusia. Tentunya, saya tidak akan asal-asalan dalam menyampaikan pendapat saya ini. Ada hal significant yang membedakan antara cap dengan tulis. Bagaimana pun meski mencoba untuk sama, hasil tulisan tangan manusia tidak akan pernah bisa sama, demikian pula saat membatik, lukisan tangan manusia di atas kain mori dengan alat bantu canting berisi malam lilin itu tidak akan bisa sama, ada perbedaan pasti, dan di sinilah keindahan seni batik tersembunyi, bentuk-bentuk lilitan, titik-titik, garis-garis, atau pun pola-pola yang tercipta dari imajinasi pikiran manusia yang tertuang dalam batik itu menambah nilai seni, ciri khas yang hanya dimiliki oleh batik. Dan menariknya lagi, karena kreativitas yang muncul dari satu orang berbeda dengan yang lain, maka bisa dipastikan, keindahan satu batik dengan batik lain berbeda, akan sesuai dan terpancar dari pelukisnya.
Kenapa saya perlu menekankan tentang kreativitas saat membatik?
Karena batik sekarang berbeda dengan batik dahulu di mana diharuskan mengisi kelowongan sesuai dengan keinginan pemiliknya/juragan barik. Batik sekarang lebih memberi kebebasan kepada pelukisnya/buruh batik untuk mengisinya sesuai dengan keinginan mereka, asalkan tidak mengurangi esensi keindahan dari kain motif itu.
4. Prosesnya yang demikian rumit membuatnya pantas berlabel harga tinggi
Berdasarkan sedikit wawancara dengan ayah, ibu, dan beberapa pekerja yang telah lama membatik siang tadi, akhirnya saya paham begitu rumitnya proses kain mori ini menjadi batik :
Pertama, sediakan kain putih polos yang terbuat dari kapas bernama kain mori. Untuk gambar di bawah ini adalah kain mori jenis Primis, lebih halus dari mori biasa. Mori Primis ini akan ditebali pena untuk memudahkan cara membuat kelowongan.

Sediakan perlatan dan perlengkapan untuk membatik :




Proses selanjutnya adalah membuat kelowongan dengan canting yang ukuran ujungnya agak besar. Kelowongan adalah bagian terluar dari gambar bunga / daun / hewan.

Lalu, seusai membuat kelowongan, beralih mengisi bagian dalam kelowongan tersebut dengan canting yang berukuran lebih kecil.


Next, adalah proses pencoletan. Yaitu pewarnaan pertama kali dengan menggunakan kuas pada masing-masing daun, bunga, atau hewan tertentu dengan warna yang beraneka ragam.

Berlanjut ke proses pemopokan, artinya : proses penutupan bagian batik yang dicolet agar warnanya tidak bercampur setelah proses dilorot / pewarnaan bagian dasar / background batik.

Setelah proses pemopokan, kini tiba saatnya memberi warna dasar pada batik. Proses ini dinamakan proses dilorot.

Batik yang telah mengalami proses dilorot akan menjadi batik setengah jadi yang disebut batik Biron.

Usai batik Biron dibatik ulang, maka dilakukan proses pewarnaan dilorot yang kedua.
Dan akhirnya…sampailah kita pada proses terakhir : proses penjemuran kain batik di bawah sinar matahari langsung.
Bagaimana pendapat Anda setelah mengetahui proses pembuatan batik di atas? Setujukah dengan saya bahwa prosesnya sangat rumit?
Jika Anda setuju dengan saya, maka saya pun yakin, Anda tidak akan lagi mempermasalahkan harganya yang menjulang tinggi dari waktu ke waktu.
5. Setiap goresan memiliki filosofi dan arti tersendiri
Berdasarkan beberapa sumber yang saya dapat dari googling, saya menemukan ternyata batik juga memiliki filosofi tersendiri untuk tiap motifnya :

Model batik ini memiliki aksen geometris dan lebih sering berkomposisi lebih dari dua macam warna. Pola batik Jlamprang muncul bersamaan saat perkembangan agama Islam di Pekalongan, maka tidak heran jika motif-motifnya tidak pernah meniru makhluk hidup. Sejarawan memiliki dua penafsiran berbeda mengenai makna dari batik ini. Pendapat pertama dikaitkan dengan kebudayaan umat Islam yang selalu menjaga silaturrahim, sedangkan pendapat kedua condong ke arah filosofi orang Hindu.

Batik Liong adalah peninggalan etnis Tionghoa yang sudah dari zaman dahulu menetap di Pekalongan. Dilihat dari sisi ornamen, motif batik Liong cenderung mengadopsi wujud makhluk imaginir seperti ular naga. Terkadang juga bermotif burung Phoenix yang sedikit mirip naga dalam penggambarannya. Dalam mitologi Tionghoa, motif ini menyimbolkan adanya sumber kebaikan, kesuburan, dan kemakmuran. Sehingga diharapkan ketika tertuang di dalam batik dan batik itu dijual dan digunakan akan mendatangkan kemakmuran yang melimpah ruah.

Motif ini tergolong motif batik klasik dari Pekalongan. Penampilannya hampir sama dengan motif batik Semen dan Jogja dan Solo, hanya saja motif Semen Pekalongan tidak terdapat unsur cecak dan lebih didominasi oleh garis-garis dekoratif. Ornamen pendukung umumnya berupa burung garuda atau tumbuhan tertentu. Lambang burung garuda ini memiliki filosofi mampu bertahan dalam kondisi apa pun. Sehingga diharapkan siapa pun yang memakainya memiliki keteguhan hati yang kuat.
Perkembangan batik di Pekalongan sekarang ini semakin pesat, para juragan batik yang sebagian besar adalah orang Arab, keturunan Arab, dan Tionghoa telah berhasil mengekspor batik Pekalongan ke Malaysia, Singapura, dan bahkan telah sampai ke Amerika Serikat.
Dan bagi para generasi muda yang tertarik dengan batik, ada beberapa perguruan tinggi swasta di Pekalongan yang memiliki jurusan ini. Seperti di Politeknik Pusmanu Pekalongan dengan jurusan Teknik Batik dan di Universitas Pekalongan dengan jurusan Teknologi Batik.
Besarnya pengaruh batik di Pekalongan, sama besar dengan perhatian saya padanya…hingga saya berani berkata, kelak, di masa depan, jika budaya ini mulai tenggelam, saya akan membangkitkannya lagi…membuat sebuah butik batik khas Pekalongan lengkap dengan ruang khusus untuk proses pembuatannya di Jakarta atau mungkin di tempat lain, tempat saya menetap dengan suami saya kelak. Semoga diijinkan. Ya, semoga! 😊
Ah ya, hampir lupa. Satu lagi yang perlu saya sampaikan di sini. Ada semacam tradisi Pekalongan perihal batik, yaitu membuat batik dengan tangan sendiri untuk dihadiahkan kepada calon suami. Ini mungkin sebuah tradisi lama yang sudah tidak umum lagi. Tapi bagi saya, ini lebih dari sebuah kata “romantis”. Saya akan melakukannya. Insya Allah.
Apakah saya bisa membatik? Tentu saja saya bisa, malu rasanya mengaku orang Pekalongan tanpa bisa membatik.
Sekian postingan ini, mohon maaf jika terlalu panjang, ini adalah artikel pertama di blog Cinta1668 dengan menggunakan kata “saya”.
Setelah membaca artikel ini, apakah Anda mengalami jatuh cinta seperti yang saya rasa? Atau…Anda punya pendapat lain yang berbeda, bagilah bersama saya di kolom komentar, saya akan senang membacanya. 😊
Waha ha….. Pernah sih sekali punya baju batik. Tapi ntahlah sudah nggak tahu keberadaannya karena saya nggak mau pake. Identik seperti bapak2 soalnya.
Di tempat saya sekarang mudah menemukan toko batik. Cuman nggak tahu peminatnya. Dulu mau nyoba memasarkan batik via toko online, cuma pasti harganya mahal dam saya nggak yakin bakal berhasil.
Mungkin yg perlu diubah mindset nya aja. Soalnya beneran batik itu identik dengan orang yang sudaj berumur. Udah operasi ya cinta?
SukaDisukai oleh 1 orang
hihi, itu kl motif semen emang berkesan kyk bapak2 / PNS yg sudah brumur mas Shiq4. Tp kl untuk motif lain, bagus koq, bukan sprti bapak2 malah mas Shiq4 akan kelihatan lebih elegan dan tampan pastinya 😁.
Udah mas, hari Senin kemarin, ini msh cuti sakit 3 minggu di Pekalongan, doain ya mas smga Cinta lekas smbuh, aamiin 😇
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya. Semoga cepat sembuh. Amiin.
SukaDisukai oleh 1 orang
jadi inget lagu… kota batik di Pekalongan, bukan Yogya, bukan Solo… *ngamen sekalian
aku suka batik soale banyak yang adem, atau kadang dingin dipake.
iyohhhh pake saya sih, biasae Cinta….
SukaDisukai oleh 1 orang
batik yg adem? Kain mori jenis ini jg adem mba…ada jg jenis lain *tp musti tanya ibu dulu apa namanya 😅
Haha iya mba, berasa berbeda saja, tp utk artikel yg bersifat lbh resmi, Cinta akan mulai belajar dg kata “saya” 😁
SukaSuka
iyaaa…. kain kafan, haha.
saya malah nggak konsisten. kadang aku/saya, besok2 mungkin pake gue, hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
haha, jgn ngomong kain kafan mba, meski kainnya sma, menyebutnya kain kafan trsa agak gmn gtu, serem 😆.
Ga apa mba, Cinta jg sma, lain kali mhkn akan pake “Cinta” atau “aku” lg. Trgantung jenis postingannya saja.
SukaSuka
Aku salah satu yg ga suka batik, entah kenapa… tapi bukan berarti ga cinta Indonesia…
SukaDisukai oleh 1 orang
hmmm…mgkn krn baunya ya dek Linda? ada sebagian org yg ga suka krn bau khas dr malam lilin yg tetap menempel di kain
SukaDisukai oleh 1 orang
Bukan itu mbak, mungkin karena batik Ngawi mahal😂😂
SukaDisukai oleh 1 orang
hahaha…emang batik rata2 harganya mahal Linda, utk jenis kain batik Pekalongan biasanya dijual paling murah di harga 400rb.
Tp kl lihat prosesnya yg brkali2 dan berhari2, Cinta rasa akan jd sepadan antara harga dg proses hihi 😁
SukaSuka
Hidup batik 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
iya hidup hiduuuup Batik 😊😍😍
SukaDisukai oleh 1 orang
Cek spam. Komentar tadi malam belum muncul nih. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
wuah iya mas Shiq4…ini baru ngecek spam, trnyata ada komen mas Shiq nyelip di sana 😁
SukaSuka
Aku pencinta batik, sehari2 aku selalu menggunakan batik alias daster,hehehe. *Baju kebesaran emak2😁
SukaDisukai oleh 1 orang
hihi, iya mba, sma dunk kita, sma2 pcinta batik, tos dulu mba Vina 👋👋👋.
Oh ya, batik jg bs dibuat untuk daster, rasanya adem mba, kdg2 Cinta jg pake kl di dlm rumah di Cikarang, biasanya Cinta suka yg model tanpa lengan, maklum di Cikarang panas bngt heee
SukaSuka
Dulu aku sempet gak pd pke batik, kesannya tua banget, makin kesini banyak desain yg anak muda banget jadi suka, daan lma lma gandrungi batik, tiap k lain daerah berburu batik 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
hu um, bener mba Kunu, desainnya smakin kreatif, terlihat elegan dan cantik sekali jk cewek memakai batik mnurut Cinta 😍.
Udah brburu batik tulis Pekalongan blm mba?
SukaDisukai oleh 1 orang
Yg aku buru batik tulis bukan ya😅pokoknya batik gtu cintaaa 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
hihi batik cap jg bgus..cuma kurang di nilai seni nya sja mba. 😁
SukaDisukai oleh 1 orang
Seninya tinggi tapi harganya juga tinggi, berbanding lurus, heehe😂
SukaDisukai oleh 1 orang
hehe iya mba Kunu, begitulah batik 😊
SukaSuka
Gak begitu suka juga sih..
Sempat punya batik yang couplean sama istri..
Tapi sekarang udah gak kepake… Bukan badanku yang kegedean.. pasti bajunya yang mengecil :p
SukaDisukai oleh 1 orang
😂😁😅 Haha mas Nur, makanya beli lagiii…biar tmbah suka, yg couple-an lg, biar jd psangan yg cantik dan ganteng 😊
SukaSuka
Mantap ulasannya tentang batik, aku pun sama.. selalu senang mengenakan batik..
SukaDisukai oleh 1 orang
hihi makasih mbak Nisa.
Ayoo kapan2 berkunjung ke Pekalongan. Nanti kl pas Cinta balik ke Pekalongan, Cinta kenalin lg sm batik 😀😊😃
SukaSuka