Tangan-tangan langit

01.02 am, early morning,

On the light rain.

Kutatap lagi langit malam ini, entah untuk ke berapa kalinya, dan masih… aku masih juga tak mengerti.

Rasanya saat kutatap langit itu, aku temukan kekuatan dengan ke-Maha Luasan-Nya, seolah ada sebuah pintu yang menjulang ke arahnya, lewat tangan-tangannya yang menjuntai ia mencoba menggapaiku.

Tangan-tangan langit yang kecil itu terus saja meneriakiku dan berkata ” ayo Cinta, kamu bisa! “

Tepatnya setiap aku galau, rasanya aku berimajinasi tentang tangan-tangan langit yang penuh semangat itu.

Itu yang membuat aku bertahan hingga kini.

” Apakah ini dunia?  Dan apakah aku tak boleh mengejarnya? “

Pertanyaan yang lain tiba-tiba muncul di benakku.

” Tapi seandainya ini dunia, bukankah Tuhan juga ingin kita berjuang di dunia untuk akhirat terbaik kita? “

aku pun segera menyanggah pertanyaan yang kubuat sendiri.

Lalu, di sudut sana, ada seseorang yang juga menanyaiku,

” apa kamu tidak mau menikah, Cinta? “

dalam hati aku yakin, pertanyaan ini pasti juga terlontar dari semua ibu-ibu yang menyayangi anaknya seperti juga ibuku.

Kali ini aku kehabisan kata-kata, rasanya tak perlu mengungkapkan keinginan hatiku, itu hanya akan membuat beliau cemas. Aku hanya menatapnya tenang dan dalam lalu tersenyum seraya meninggalkannya.

” Ibu tahukah engkau? di umurku yang ke sekian ini, ada hal yang selalu mengusikku, entah ini beban atau apa aku tak tahu.

AKU INGIN MENGUKIR SENYUM DI WAJAH IBU

aku tak ingin membuktikan pada dunia, pada teman, atau pada siapapun. Hanya ibu. Hanya ibu yang penting bagiku!

Aku tak tahu dengan cara apa dan bagaimana, tapi aku merasa saat ini belum bisa.

Dan masalah menikah, it’s not bothering me at all!

Selama tangan-tangan langit itu masih menjuntai untukku, aku yakin aku bisa melakukannya, setelah aku bisa, aku akan penuhi keinginan ibu,

menikah dan punya keluarga kecil yang bahagia.”

🙂