Lelaki dan Rintik Hujan


tumblr_m0r8vabol51rn2w3ao1_500
Pict by Google

Aku menemukan lelaki yang menyukai rintik hujan.

Ia lebih muda darimu, kamu yang dulu dan sampai sekarang masih kucinta. Mungkin usianya juga terpaut beberapa tahun di bawahku. Orang-orang menyebutnya “brownies”, brondong manis.

Kita berteman baik.

Tak kusangka ia pandai bersastra, mengingatkanku pada sosok Gibran di masa lalu, wajahnya pun mirip dengan Gibran, Gibran versi muda.

Dewasa, masih mencari jati diri, pandai bergaul, sopan, dan santun, shaleh insya Allah.

Ia masih belajar, sama juga sepertiku, seorang yang tak sempurna, seorang yang kadang mungkin bisa terombang-ambing juga jika bertemu dengan seorang sepertimu. Bagaimana tidak, kau begitu dewasa, begitu matang, dan mempesona, bagaimana aku tidak cinta? Kau itu bagiku 1 orang di antara 1000 manusia meski kau tak menyadarinya. Kau tetap kokoh mengisi ruang kosong di lubuk sana, rumah mungil dalam jaringan tubuh berwarna merah tua yang di sebut hati. Aku tak ingin menghapusmu, karena semakin kucoba semakin menyiksa, jadi kubiarkan saja, biarkan waktu yang menghapusmu dengan cara ajaib-Nya.

Aku tebak, mungkin proses dewasamu juga karena seorang wanita, di belakang lelaki sempurna pasti juga ada sosok wanita sempurna, sayang sekali aku bukan wanita itu, aku tak pernah menjadi wanita itu.

Hhhhh,

Sudahlah, kita ganti topik saja, dari dulu takkan pernah habis penaku jika harus melukiskan semua tentangmu, hal yang membuatku tersenyum sekaligus menangis hampir bersamaan, sedang aku telah bersumpah pada diri ini untuk tak menangis lagi karenamu.

Aku penyuka hujan, aku selalu berharap lelaki yang kucinta juga menyukainya, terutama hujan rintik. Di bawah hujan rintik, aku harap kelak bisa menghabiskan waktu bersama. Saling menceritakan lebih dalam perihal diri. Mencari kesamaan satu sama lain, lalu ketika ada yang tidak sama, kita berdua saling berkata “tak apalah” bukankah itu gunanya kata “saling melengkapi?”

Hujan rintik selalu romantis, kupikir lelaki penyuka rintik hujan juga romantis.

Terkadang, aku membayangkan, aku, dan lelaki hujan itu berhujan-hujanan bersama, berdua, tanpa ada kata…dingin, nanti sakit, cepat buka payungmu, ih menggelikan!

Aku ingin lelaki yang tak pura-pura menyukai hujan. Ia yang memanfaatkan hujan hanya agar maskot romantisme melekat pada dirinya saja. Namun seketika hujan turun, ia akan mengomel, mengeluh sejadinya seolah hari itu menjadi akhir dunia. Kupikir ini lebih menggelikan daripada kata menggelikan yang terucap ketika kita berhujan-hujanan kelak.

Lelaki hujan, pastilah penyabar, sejuk dipandang, pasti juga suka mengelus-elus kepalaku ketika aku murung. Aku sangat suka sentuhan itu, rasanya melegakan. Rasa yang sama ketika aku bertemu hujan tanpa penghalang.

Gibran – kau – teman baruku

Adalah tiga lelaki penyuka hujan yang hadir di hidupku.

Dan aku bersyukur karenanya.

Terimakasih padamu hujanku, tetaplah tunjukkan padaku, siapa pecinta sejatimu, pertemukan aku dengannya dengan caramu yang unik. Aku mau lelaki tulus yang hanya menyukaimu, hanya kamu!

Apapun itu, hujan rintik atau hujan lebat atau hujan berkilatan sekalipun aku akan tetap menyukainya. Asalkan itu masih tentangmu, HUJANKU.

29 respons untuk ‘Lelaki dan Rintik Hujan

Tinggalkan komentar