Perasaanku gundah, air mataku meleleh, aku tak bisa tidur,
Dia yang diijinkan orang tua nya untuk kuberi nama,
dia yang kupanggil si tampan dengan senyumnya yang paling menawan, Lanjutkan membaca “Si tampan-ku sakit lagi”
Perasaanku gundah, air mataku meleleh, aku tak bisa tidur,
Dia yang diijinkan orang tua nya untuk kuberi nama,
dia yang kupanggil si tampan dengan senyumnya yang paling menawan, Lanjutkan membaca “Si tampan-ku sakit lagi”
Hai guys, siang ini Cinta ingin membahas tentang sahabat.
Siapa sih di dunia ini yang nggak punya sahabat?
Cinta yakin, kalian para blogger tentu memiliki sahabat. Entah itu sekedar tempat untuk berbagi, mencurahkan uneg-uneg dalam panel-panel syaraf otak yang kian semrawut, atau untuk hang-out bareng ke tempat-tempat yang dianggap kekinian, dan yang jelas, sahabat adalah partner setia untuk selfie, wefie dengan gaya-gaya alay ( gaya kedua tangan ke atas, searah dan menutupi bagian muka persis seperti Pahlawan bertopeng-nya Sincan, atau kedua tangan dikatupkan menutupi muka ) tapi asli kedua gaya ini belum pernah nyoba, malu aja hihihi. ^__^> Lanjutkan membaca “Untuk Sahabat”
Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang auranya berubah menjadi kuning keemasan saat diterpa mentari pagi, kekasih yang berjalan beriringan denganku saat yang lain pergi. Ya, aku tahu, terkadang pun aku khilaf dan terlupa melakukan kesalahan, namun dengan segera ia memperbaikinya dengan tutur kata yang lembut yang ia sematkan ke dalam jantung hatiku, “dinda, itu tidak benar, kau tahu, sesama manusia harus saling memaafkan, mengerti?”
Ijinkan aku bertemu dengan kekasihku, kekasih yang matanya sayu dan penuh kasih, yang mengelus lembut kepalaku dan membiarkanku bersandar di pundaknya yang teduh, lalu seulas senyum akan bertengger di sana, “bagaimana? Apakah sudah merasa baikan sekarang?”
Pic by Google
Ada saat untuk cinta, Ada saat untuk cita, Ada saat untuk asa, Satu demi satu bermunculan ke permukaan, membiaskan sejuta mimpi dan harapan, Menawarkan bahkan membius dengan rona-rona wajahnya yang rupawan. Lama harus menyadarinya... Tapi hari ini, Ketika mentari lebih bersinar dari biasanya, Ketika suara burung lebih nyaring dan merdu, Ketika langit membentuk kawanan domba-domba putih lengkap dengan penggembalanya, Ketika hujan rintik tiba-tiba muncul dengan sedikit sengatan mentari. Ya, ini pelangiku! Pelangi yang Tuhan ciptakan khusus untukku, untuk menjemputku.
Mendung ini hanya perubahan langit, seperti itu yang scientist kemukakan lewat argument-nya yang terlalu panjang.
Namun aku memaknainya sebagai sendu, isyarat langit yang juga berduka akan kepergian seseorang, kedukaan sebagai sambutan bahwa kalian yang sedih tidak sendirian. Ada sedikit kelegaan tentu di hati mereka para insan ketika alam juga merasai apa yang mereka rasakan.
Tapi lebih jauh ketika mengamatinya, sebenarnya ada kegembiraan yang menanti. Ya, langit nan abu-abu serupa kopi berserak itu sedang berkumpul, partikel-partikel kecilnya sedang menari-nari, seperti embun di ujung lembayung yang jatuh ke tanah di pagi buta “tik tik tik” bunyi lirih yang mungkin hanya di dengar oleh semut dan dedaunan, namun ini adalah musik khas yang kupikir menyatukan partikel-partikel awan tadi.
Satu demi satu semakin banyak dan bersenyawa, mungkin terlalu gembiranya mereka bergerimis, berair kemana-mana. Ini tanda suka-cita, bahwa dalam satu kesusahan terdapat dua kemudahan.
Air yang terus melimpah dari langit itu tercurah, bagai air terjun raksasa yang tidak seorang pun tahu di mana muaranya, suara khasnya mulai menggenangi telinga, shymphony yang tak beraturan namun sungguh indah. Lalu tak lama berselang akan muncul senyum dari langit yang dibiaskan lewat cahaya-cahaya warna berbentuk setengah lingkaran yang sering disebut “pelangi”.
Aku memang tak tahu di mana muara air hujan, tapi aku tahu di mana muara pelangi, itu di matamu. Jika kau mau bersabar, percayalah mendung itu akan segera pergi.
*pernah diposkan di blogger milik Cinta dengan akun berbeda.
Cerpen gara-gara batik, 4012 kata
Hay guys, selamat pagi, kali ini Cinta mau me-review film remaja R13 “I Love You from 38.000 feet”.
Lanjutkan membaca “Review Film “I Love You from 38.000 feet””